Industri Perkapalan Dunia Diramal Gagal Capai Bebas Karbon Pada 2050

Image title
21 Mei 2021, 11:36
industri perkapalan, bebas karbon, net zero emission,
ANTARA FOTO/Teguh prihatna/Lmo/foc.
Ilustrasi.

Badan Energi Internasional (IEA) memproyeksikan industri perkapalan akan gagal mencapai target emisi gas rumah kaca (GRK) nol bersih pada 2050. Hal ini seiring kurangnya pilihan rendah karbon yang tersedia di industri ini dan masa pakai kapal yang lama, antara 25 hingga 35 tahun.

Saat ini semakin banyak pembuat kebijakan dan pemangku kepentingan industri perkapalan global yang menyatakan komitmennya untuk mencapai nol emisi karbon pada pertengahan abad ini. Namun penurunan emisi di industri ini berjalan sangat lambat.

Pada 2019 misalnya, industri maritim secara global bertanggung jawab atas 880 juta ton emisi CO2. Tingkat emisi tersebut hanya turun sekitar 5,68% pada tahun berikutnya menjadi 830 juta ton. Dengan laju penurunan emisi tersebut, pada 2050 masih akan tersisa sekitar 120 juta ton CO2 dari industri ini.

Menurut IEA pengurangan emisi yang cukup besar dalam jangka pendek dapat dilakukan melalui efisiensi operasional. Misalnya, mengurangi kecepatan pelayaran dan memanfaatkan bantuan angin. Untuk jangka menengah, bahan bakar rendah karbon seperti biofuel, hidrogen, dan amonia akan memainkan peran penting.

"Amonia dan hidrogen merupakan bahan bakar rendah karbon utama untuk pengiriman yang diadopsi selama tiga dekade berikutnya di net zero emissions (NZE), bagian gabungan dari total konsumsi energi dalam pengiriman mencapai sekitar 60% pada tahun 2050," kata IEA mengutip Reuters, Jumat (21/5).

IEA mengatakan bahan bakar nabati atau biofuel diharapkan menyediakan hampir 20% dari total kebutuhan energi pengiriman pada tahun 2050. Sementara elektrifikasi akan memainkan peran yang sangat kecil.

Untuk diketahui, sekitar 90% dari arus perdagangan dunia diangkut melalui jalur laut. Industri ini menyumbang sekitar 3% dari total emisi CO2 dunia. Simak databoks berikut:

Badan Maritim Internasional (IMO) menargetkan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca di industri perkapalan dunia sebesar 50% dari level emisi 2008 pada 2050. Untuk mencapai tujuan tersebut, kapal net-zero pertama harus memasuki armada global pada tahun 2030.

Kapal-kapal tersebut akan ditenagai oleh bahan bakar hidrogen hijau dan senyawa turunan amonia. Para pemangku kepentingan di industri ini telah mendesak Uni Eropa, yang merupakan salah satu pusat pengiriman dunia, untuk memprioritaskan dua bahan bakar ini sebagai bagian dari rancangan inisiatif Maritim FuelEU.

Inisiatif ini berupaya untuk meningkatkan produksi dan penggunaan energi laut yang berkelanjutan di kawasan tersebut. "Berdasarkan penelitian independen, dan dengan pengetahuan yang kami miliki saat ini, kami yakin bahwa bahan bakar berbasis hidrogen akan menjadi bahan bakar pengiriman di masa depan," kata juru bicara Trafigura.

Trafigura adalah perusahaan perdagangan komoditas multinasional yang berbasis di Singapura yang berdagang logam dasar dan energi. Trafigura menilai pungutan karbon global yang dipimpin IMO, juga diperlukan "untuk mendorong dan memberi insentif pada penggunaan bahan bakar rendah dan nol karbon".

Meski demikian diskusi IMO masih dalam tahap awal. Seorang juru bicara Komisi Eropa mengatakan sedang menilai opsi kebijakan yang berbeda sebagai bagian dari FuelEU Maritime dan berencana untuk mengajukan proposal pada kuartal kedua tahun ini.

Sebuah studi yang dilakukan untuk proyek nirlaba Getting to Zero menunjukkan bahwa bahan bakar nol emisi perlu mencapai 5% dari campuran energi pelayaran internasional pada 2030 untuk memastikan dekarbonisasi di sektor ini sejalan dengan tujuan iklim kesepakatan Paris.

Lainnya yang mencari lebih banyak bantuan UE dengan hidrogen dan amonia adalah perusahaan pengiriman CMB, DFDS, Torvald Klaveness, Viking Cruises, asosiasi perdagangan hidrogen Eropa, pengesah kapal Lloyd's Register dan grup hijau Transport & Environment.

Reporter: Verda Nano Setiawan

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...