Bank Dunia Ungkap Ragam Potensi Lapangan Kerja dari Transisi Energi RI
Bank Dunia menilai setiap negara memiliki peluang untuk menciptakan pekerjaan yang layak dan ramah lingkungan atau green jobs. Hal ini sejalan dengan upaya dunia mencapai nol emisi karbon pada 2050.
Kepala Perwakilan Bank Dunia untuk Indonesia dan Timor-Leste Satu Kahkonen mengatakan, ada tiga area potensi terbaik untuk menciptakan lapangan pekerjaan ramah lingkungan di Indonesia. Pertama, direct green job, yakni pekerjaan yang mengharuskan para pekerjanya untuk mendedikasikan 50% waktu mereka untuk pekerjaan yang ramah lingkungan.
Kahkonen menyebut, bahwa di Indonesia belum banyak pekerjaan seperti ini. Kondisi tak jauh berbeda bahkan juga terjadi di negara-negara maju.
“Namun, hal ini akan berubah karena dunia berusaha untuk mengurangi jumlah emisi karbon,” kata Kahkonen dalam sebuah webinar, Senin (22/11).
Dari analisa jenis pekerjaan di Indonesia yang dilakukan oleh Bank Dunia pada 2020, sebenarnya ada banyak permintaan untuk pekerja berketerampilan tinggi yang termasuk dalam kategori direct green job.
Keterampilan tersebut mencakup hal-hal yang berhubungan dengan pengolahan limbah, pengolahan air, teknisi listrik dan konservasi energi. Permintaan akan pekerjaan tersebut masih cukup terbatas saat ini, tetapi akan meningkat ketika Indonesia mulai mengadopsi pendekatan rendah karbon.
Kedua, indirect green job atau pekerjaan yang menghasilkan layanan ramah lingkungan tetapi tidak memerlukan keterampilan khusus.
“Adapun, yang termasuk ke dalam indirect green jobs yakni, manufaktur dan transportasi,” kata dia.
Ketiga, peralihan pekerja dari sektor brown industries. Ia mencontohkan, pekerja yang harus beralih dari batu bara ke industri ramah lingkungan. Selama masa transisi energi, pemerintah harus mengupayakan lapangan kerja yang cocok dengan ketrampilan para pekerja dari sektor batu bara.
Ia mengatakan, Indonesia dapat melalukan tiga hal untuk mempersiapkan diri dalam menciptakan lapangan pekerjaan ramah lingkungan. Pertama, pelatihan keterampilan yang dibutuhkan. Untuk itu, menurut dia, harus dilakukan penyesuaian sistem pelatihan dengan sistem pendidikan formal.
Kedua, mengembangkan informasi mengenai pasar ketenagakerjaan dan mengidentifikasi keterampilan yang dibutuhkan serta perubahan yang akan terjadi. Ketiga, mengambil pembelajaran dari pengalaman internasional untuk bisa memfasilitasi penciptaan green jobs.
Ia mencontohkan, pemberian insentif keuangan bagi perusahaan yang mengadopsi teknologi ramah lingkungan, dan perusahaan yang menciptakan lapangan pekerjaan green jobs.
"Bank dunia dan komunitas internasional siap membantu dalam berbagi pengetahuan dan dukungan finasial," katanya.
Sementara itu, Deputi Bidang Ekonomi Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Amalia Adininggar Widyasanti mengatakan, sektor manufaktur dan pelayanan publik memiliki peran penting untuk menyediakan green job.
Pemerintah mengajak para investor dari sektor manufaktur untuk menyediakan lapangan pekerjaan ramah lingkungan di Indonesia.
"Karena belajar dari pengalaman Amerika Serikat (AS), sebanyak 3,1 juta lapangan kerja di sana adalah green jobs. Menurut saya, ini adalah titik permulaan di mana kami bekerja sama dengan sektor swasta untuk menciptakan green jobs di Indonesia," katanya.