Kementerian ESDM Targetkan 800 MW Pembangkit EBT Beroperasi Tahun Ini
Kementerian ESDM merencanakan pembangkit listrik energi baru terbarukan (EBT) dengan total kapasitas 800 megawatt (MW) atau 0,8 gigawatt (GW) akan beroperasi di tahun ini. Adapun pembangkit tersebut termasuk di dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PLN 2021-2030.
Direktur Pembinaan Program Ketenagalistrikan, Jisman Hutajulu mengatakan dari rencana porsi pembangkit EBT yang ditetapkan sebesar 20,9 GW berdasarkan RUPTL PLN 2021-2030, setidaknya sekitar 600 MW (0,6 GW) pembangkit EBT telah Commercial Operation Date (COD) pada 2021.
Sementara, sekitar 2,6 GW dalam tahap konstruksi, kemudian sekitar 1,3 GW dalam tahap perjanjian jual beli listrik atau Power Purchase Agreement (PPA)/kontrak, dan 600 MW (0,6 GW) dalam tahap pengadaan dan sisanya sekitar 15,8 GW dalam tahap perencanaan.
"Untuk tahun 2022, direncanakan sebesar 0,8 GW (800 MW) pembangkit EBT direncanakan beroperasi," kata Jisman, (26/1). Menurut data Kementerian ESDM, hingga akhir 2021 total kapasitas pembangkit EBT mencapai 11,12 GW, simak databoks berikut:
Seperti diketahui, dalam RUPTL PLN 2021-2030 pemerintah merencanakan tambahan kapasitas pembangkit listrik sebesar 40,6 gigawatt (GW). Rinciannya, porsi pembangkit (EBT) ditetapkan 51,6% dan fosil 48,4%.
Ketua Umum Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia (METI) Surya Darma sebelumnya mengapresiasi langkah pemerintah dengan menggulirkan green RUPTL sebagai upaya memenuhi target bauran EBT 23% pada 2025.
Namun, dia menilai target ini masih belum cukup untuk mencapai target bauran energi terbarukan (ET) yang telah dicanangkan. "Masih belum cukup untuk mencapai target energi terbarukan dalam bauran energi nasional. Jika digabung dengan sektor lainnya, maka porsi ET akan lebih kecil dari 23%," kata Surya.
Menurut Surya, sektor transportasi serta industri yang masih menggunakan batu bara dan migas akan mengurangi bauran energi secara nasional.
Jika berharap target bauran energi nasional pada 2025 terpenuhi, maka sektor kelistrikan harus memenuhi peran energi terbarukan lebih besar dari 23% atau ada pengurangan penggunaan batu bara secara signifikan.
Namun, hal ini akan menjadi tantangan besar karena PLN masih harus merealisasikan program 35 ribu megawatt (MW) yang berasal dari batu bara. "Ini berarti, malah PLTU yang dipastikan akan masuk dalam sistem dan pasti akan mengurangi persentase porsi ET," ujarnya.
Dia mengimbau pihak terkait untuk mempertimbangkan cara dan komitmen agar pertumbuhan ET bisa lebih cepat dari energi fosil.