Digadang Gantikan BBM dengan Air, Apakah Nikuba Diuji Ilmiah?
Alat nikuba temuan warga Lemahabang Wetan, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, menjadi sorotan. Alat ini disebut dapat mengonversi air menjadi bahan bakar untuk kendaraan bermotor yang sepenuhnya menggantikan BBM.
Sang penemu, Aryanto Misel, mengatakan bahwa alat ini sudah dipasang dan diujicobakan pada 10 unit motor trail Aviar 200 CC milik TNI dari Kodam III Siliwangi. Dalam sejumlah uji coba, Aryanto mengatakan 1 liter air yang sudah dikonversi menjadi hidrogen mampu menempuh perjalanan dari Cirebon ke Semarang, pulang-pergi.
"Air 1 liter, kurang lebih bisa 450 kilometer (km). Kodam III Siliwangi juga melakukan test drive dari Bandung ke Garut, pulang-pergi," ujarnya kepada Katadata.co.id, Rabu (25/5).
Tentu saja jika itu benar maka alat nikuba akan menjadi terobosan besar yang dapat menyelesaikan berbagai permasalahan di Indonesia dengan menurunkan konsumsi BBM secara signifikan. Dengan demikian menyelesaikan masalah besarnya impor BBM, defisit neraca migas, hingga menurunkan subsidi energi.
Meski demikian, hingga kini alat nikuba belum juga diuji secara ilmiah. Aryanto mengatakan bahwa Universitas Pertahanan (Unhan) telah mendatangi rumahnya di Lemahabang Wetan untuk melihat alat ciptaannya itu.
Unhan disebut ingin melakukan uji ilmiah untuk membuktikan klaim bahwa alat nikuba mampu menggantikan peran BBM dengan mengonversi air menjadi hidrogen sebagai bahan bakar kendaraan.
“Pihak Unhan datang ke rumah, cuma saya belum memberi keputusan. Alatnya belum dibawa, baru pembicaraan saja,” kata Aryanto.
Sementara itu, Chief Executive Officer (CEO), Nikuba Hidrogen Nusantara, Narliswandi Piliang alias Iwan Piliang, menegaskan pihaknya tidak pernah mengajukan uji ilmiah kepada lembaga manapun soal alat Nikuba. Iwan melanjutkan, daripada mengajukan uji imliah, mereka lebih memilih untuk mengajukan hak paten.
"Kami tak butuh uji ilmiah dari pihak lain karena sudah selesai selama 5 tahun sebelumnya di internal kami. Kalau patennya nanti keluar, uji ilmiah apalagi yang mau dibedah? Tapi kalau pihak lain mau uji ilmiah, silakan saja," ujarnya kepada Katadata.co.id beberapa waktu lalu, Kamis (19/5).
Nikuba sedang menjalani proses daftar paten yang menyangkut hal teknologi. "Dibawa ke badan paten dunia, proses paling cepat itu setahun. Yang namaya temuan pasti akan ditiru orang. Tapi kita sudah sangat pede untuk masuk ke pasar," ujarnya.
Iwan menambahkan, alasan untuk tidak melakukan uji ilmiah lantaran alat ini sudah berhasil diaplikasikan dan diujicoba oleh Kodam III Siliwangi. "Kami pede (percaya diri) produk ini welldone sebagai penemuan," ujarnya.
Lalu bagaimana cara kerja alat ini? Aryanto menjelaskan, cara kerja Nikuba terbilang cukup mudah. Di dalam alat berbentuk kotak seukuran bola voli tersebut, ada semacam katalis yang berfungsi memisahkan antara Hidrogen (H2) dan Oksigen (O2) yang terkandung di dalam air (H2O) melalui proses elektrolisis.
"Air yang digunakan harus bebas dari kandungan logam berat. Katalisnya pun saya yang bikin sendiri," ujar Aryanto. Dia menambahkan, pemisahan hidrogen dan oksigen yang terkandung di dalam air akan menciptakan reaksi anoda dan katoda.
Dari hasil pemisahan yang terjadi di alat Nikuba, hidrogen kemudian dialirkan ke intake motor. Intake merupakan bagian mesin yang berbentuk pipa tabung yang berfungsi mengantarkan campuran udara dan bahan bakar ke silinder mesin agar digunakan untuk proses pembakaran.
"Hidrogen lari ke selang yang tertuju ke ruang bakar. Terus oksigennya itu terelekrolisis kembali di Nikuba. Seterusnya seperti itu, berputar," ujarnya.
Aryanto mengatakan bahwa Nikuba belum dipasarkan secara bebas karena masih menunggu proses legalitas produk. Selain motor Trail, Nikuba juga pernah dipasang di sebuah motor matic saat melakukan proses uji coba yang dilakukan pada bulan lalu.
"Di motor matic itu nanti bisa dimasukkan di dalam boxnya, di bawah tempat helm. Sebetulnya masalah naruh itu selera, estetika itu. komponen motor tidak ada yang diubah," tukas Aryanto.
Dosen Teknik Kimia Fakultas Teknik (FT) Universitas Indonesia (UI), Widodo Wahyu Purwanto, menduga bahwa Nikuba bukan alat yang bisa menggantikan BBM pada kendaraan bermotor melainkan meningkatkan efisiensi pembakaran pada mesin sehingga menghemat konsumsi BBM secara signifikan.
Jika alat ini mengkonversi air menjadi hidrogen, untuk memisahkan molekul hidrogen dari air (H2O) melalui proses elektrolisis pun memerlukan energi yang besar.
"Air tidak bisa diubah menjadi BBM karena air tidak memiliki kandungan karbon layaknya BBM. Kalau gak salah Nikuba itu ada kemungkinan itu dia pakai HHO, jadi hidrogen dan oksigennya tidak terpisah atau disebut brown gas," ujarnya.
Oleh karena itu dia meragukan jika alat ini 100% tidak menggunakan BBM. "Kalau dibilang gak pakai BBM 100%, saya kira itu tidak bisa ya,” kata Widodo kepada Katadata.co.id.
Sementara Rektor Universitas Teknologi Sumbawa Chairul Hudaya mengatakan bahwa proses mengubah air melalui proses elektrolisis hingga menjadi energi sulit dilakukan. "Untuk memecah hidrogen dari air perlu energi yang besar dan alat yang khusus," katanya kepada Katadata.co.id.
Ia mengatakan, inovasi bahan bakar untuk kendaraan sebenarnya telah banyak dikembangkan sebelumnya. "Banyak yang free energy, tapi akhirnya terkuak sebagai fake. Kalau mau fair, ini bisa dibedah bersama," ujarnya.