Uni Eropa Dorong Kesepakatan COP28 Soal Penghapusan Bahan Bakar Fosil
Para menteri iklim negara-negara Uni Eropa melakukan pertemuan untuk mencapai kesepakatan dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) iklim COP28 PBB tahun ini, terkait penghapusan secara bertahap bahan bakar fosil yang menghasilkan karbondioksida (CO2).
Menurut Reuters, perjanjian ini menjadikan Uni Eropa sebagai salah satu negosiator paling ambisius dalam perundingan iklim tahunan PBB, di mana hampir 200 negara merundingkan upaya-upaya untuk memerangi pemanasan global.
“Kami akan berada di garis depan dalam negosiasi untuk menunjukkan komitmen terkuat Uni Eropa terhadap transisi hijau dan mendorong mitra-mitra kami untuk mengikuti langkah kami," ujar Menteri Iklim Spanyol, Teresa Ribera, dikutip dari Reuters, Kamis (19/10).
Konferensi COP28 tahun ini akan dimulai pada 30 November 2023 di Dubai. Namun, yang menjadi perhatian dunia adalah apakah negara-negara di dalam COP setuju untuk pertama kalinya menghapus penggunaan bahan bakar fosil. Pembakaran batu bara, minyak, dan gas menghasilkan gas rumah kaca yang merupakan penyebab utama perubahan iklim.
Selain itu, 27 negara anggota Uni Eropa juga telah sepakat untuk menyerukan suaranya dalam COP28 bahwa penggunaan bahan bakar fosil harus segera dihentikan secara bertahap.
Meski begitu, hal tersebut membuka peluang bagi negara-negara di dunia untuk tetap membakar batu bara, gas dan minyak, jika mereka menggunakan teknologi untuk menangkap emisi yang dihasilkan. Kesepakatan Uni Eropa mencatat bahwa teknologi penangkap emisi ada dalam skala terbatas dan akan digunakan untuk mengurangi emisi terutama dari sektor-sektor yang sulit dikurangi, “Penggunaan teknologi ini tidak boleh digunakan untuk menunda aksi iklim," demikian kutipan kesepakatan tersebut, yang dilihat oleh Reuters.
Di sisi lain, Menteri Iklim Global Denmark Dan Jorgensen menyebutkan, sekitar 10 dari 27 negara anggota Uni Eropa, termasuk Denmark, Prancis, Jerman, Irlandia, Belanda, dan Slovenia, menginginkan kesepakatan yang lebih kuat untuk menghapuskan semua bahan bakar fosil.
“Saya ingin lebih ambisius lagi, tetapi kita adalah sebuah persatuan dari hampir 30 negara, dan kita harus setuju," kata Jorgensen.
Tak hanya itu, negara-negara Uni Eropa juga menyerukan agar subsidi bahan bakar fosil yang tidak efisien segera dihapuskan pada tahun 2030. Mereka menyatakan tidak boleh ada pembangkit listrik tenaga batu bara yang baru jika dunia ingin mencegah perubahan iklim yang parah.
Namun, hal ini mendapatkan perlawanan dari produsen dan konsumen bahan bakar fosil. Salah satunya seperti Arab Saudi yang telah memblokir upaya untuk menyetujui penghentian penggunaan bahan bakar fosil dalam berbagai pertemuan, termasuk KTT G20 2023 ini. Dengan begitu, Arab Saudi diperkirakan akan memberikan perlawanan yang sama pada KTT COP28 mendatang.