Pemerintah Tambah Insentif Produsen Mobil Listrik Bangun Pabrik di RI
Pemerintah melalui Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi alias Kemenko Marves berencana memberikan insentif kepada produsen kendaraan listrik, khususnya mobil listrik yang ingin membangun pabrik di Indonesia.
Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Transportasi Kemenko Marves Rachmat Kaimuddin mengatakan, pemberian insentif untuk produsen mobil listrik bertujuan memudahkan sekaligus meningkatkan minat produsen asing agar membangun pabrik di Indonesia.
"Kami akan memberi insentif supaya mereka lebih nyaman masuk Indonesia. Saat ini yang memenuhi Tingkat Komponen Dalam Negeri atau TKDN 40% baru Hyundai dan Wuling. Jadi, semoga sebelum akhir tahun sudah keluar peraturannya," ujar Rachmat saat ditemui awak media di sela acara BNI Investor Daily, Jakarta, Rabu (25/10).
Rachmat mengatakan, rencana tersebut juga bagian dari upaya menciptakan pasokan kendaraan listrik di Indonesia. Hal ini merupakan kunci untuk memasifkan jumlah kendaraan listrik yang mengaspal.
Namun Rachmat enggan memerinci insentif yang akan diberikan kepada produsen mobil dan motor listrik.
Rachmat memberikan contoh Thailand yang merilis kebijakan pada tahun lalu, untuk menarik pabrikan kendaraan listrik seperti BYD. Pangsa pasar kendaraan listrik di negara ini pun bisa meroket dari 2% menjadi sekitar 8% - 9%.
"Target pangsa pasar di Indonesia 5% kendaraan listrik baru. Jadi misalnya, penjualan kendaraan satu juta unit. Sebanyak 50 ribu di antaranya kendaraan listrik. Biasanya naik lebih cepat (kalau ada insentif). Di Thailand dari 2% bisa menjadi 8% - 9%. Jadi kami mencontoh bagaimana menarik investor mobil listrik," kata dia.
Kemenko Marves juga membuat peraturan baru untuk mengupayakan legal standing pemberian insentif tersebut. Dia berharap regulasi ini bisa keluar sebelum akhir tahun.
Pemerintah sebelumnya merilis Peraturan Presiden atau Perpres Nomor 55 Tahun 2019 tentang Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai untuk Transportasi Jalan untuk mengakselerasi adopsi kendaraan listrik.
"Namun ternyata belum cukup, karena harga kendaraan listrik dan konvensional, ada yang namanya green premium, bedanya jauh," kata dia.
Indonesia Lobi Geely Bangun Pabrik
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan sebelumnya mengungkapkan bahwa produsen mobil listrik asal Cina, Geely tertarik membuat pabrik di Indonesia.
"Geely ini nomor tiga mobil listrik di Cina. Kami sudah lihat tempatnya. Mereka akan buat mobil listrik di sini,” ujar Luhut dalam paparannya pada Seminar Nasional Ikatan Alumni SMA Xaverius 1 Palembang (IKAXA) di Jakarta, pada pertengahan September (14/9).
Pemerintah tengah mengembangkan ekosistem kendaraan bermotor listrik berbasis baterai atau KLBB di dalam negeri. Caranya, menyalurkan insentif fiskal bagi motor listrik, pembelian baru motor listrik hingga konversi motor listrik.
Pemerintah juga mengundang produsen kendaraan listrik asing untuk menanamkan modal di Indonesia.
Luhut menyebut Geely tertarik terhadap penawaran dari pemerintah untuk menyediakan nikel ore sebagai bahan baku utama pembuatan baterai kendaraan listrik di perusahaannya.
Sebagai timbal baliknya, pemerintah meminta Geely membangun pabrik di Indonesia, dengan riset yang dilakukan bersama para ahli dalam negeri untuk memproduksi mobil listrik dan dengan merek Indonesia.
"Research dengan Indonesia, bikin mobil listrik di Indonesia tapi menjadi merek Indonesia. Dia bilang mau, dan kami akan pasok dengan nikel ore. Jadi, kapan lagi punya mobil Indonesia," ujarnya.
Pembicaraan dengan Geely sudah dilakukan beberapa bulan terakhir. Puncaknya pada September 2023, Luhut menawarkan Geely melakukan joint research produksi mobil listrik di Indonesia.
Proses riset juga telah disepakati bahwa akan dipimpin oleh pihak Indonesia. Luhut mengatakan, setelah riset selesai, Indonesia ditargetkan bisa memiliki merek mobil listrik pada 2025 atau 2026.