BRIN Ungkap Peta Potensi PLTS Terapung di Indonesia, Papua Tertinggi

Tia Dwitiani Komalasari
27 Oktober 2023, 13:26
Teknisi memeriksa solar panel pada proyek PLTS Terapung di Waduk Cirata, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, Selasa (26/9/2023). PT PLN Nusantara Power akan menguji coba PLTS Terapung Cirata yang merupakan PLTS apung terbesar di Asia Tenggara pada Oktober 2
ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi/tom.
Teknisi memeriksa solar panel pada proyek PLTS Terapung di Waduk Cirata, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, Selasa (26/9/2023). PT PLN Nusantara Power akan menguji coba PLTS Terapung Cirata yang merupakan PLTS apung terbesar di Asia Tenggara pada Oktober 2023 sebelum diresmikan oleh Presiden Joko Widodo pada November 2023.

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menyatakan Indonesia memiliki potensi besar dalam pengembangan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) terapung atau floating photovoltaic. PLTS juga merupakan upaya untuk transisi dari energi fosil menuju energi baru dan terbarukan.

"Indonesia sebagai negara kepulauan yang memiliki lautan luas sebenarnya bisa menempatkan lokasi itu untuk panel surya," kata Periset Metalurgi BRIN Aga Ridhova dalam acara Kolokium Metalurgi seperti dikutip dari Antara, Jumat (27/10).

 Aga pun memaparkan peta potensi PLTS terapung di Indonesia berdasarkan wilayah. Berikut sebarannya:

  • Pulau Sumatra, potensi energi surya mencapai 48.000 terawatt hours (TWh) per tahun dengan potensi PLTS terapung sebanyak 94,7 persen
  • Pulau Jawa dan Kepulauan Sunda Kecil punya potensi 11.500 TWh dengan potensi PLTS terapung 53,8 persen
  • Pulau Kalimantan memiliki potensi energi surya 29.400 TWh dengan potensi PLTS terapung sebesar 97,3 persen
  • Sulawesi ada 50.200 TWh dengan potensi PLTS terapung mencapai 96,9 persen 
  • Maluku dan Papua yang memiliki potensi energi surya sebanyak 51.200 TWh dengan potensi PLTS terapung mencapai 99,7 persen.

Baru Satu Lokasi

Meskipun potensinya sangat besar, Aga mengatakan, baru satu PLTS terapung yang digunakan di Indonesia yaitu di Waduk Cirata di Jawa Barat.

Aga mengatakan, permintaan energi  terus meningkat. Jika Indonesia hanya mengandalkan pembangkit listrik tenaga batu bara saja yang sumber dayanya terbatas dan tidak bisa dibuat kembali, maka pemenuhan kebutuhan energi Indonesia di masa depan dapat menghadapi tantangan berat.

Dia mengatakan, permintaan energi di Indonesia saat ini sekitar 300 TWh. Permintaan energi tersebut diperkirakan bisa mencapai angka 9.000 TWh pada tahun 2050.

"Kita membutuhkan energi baru terbarukan yang bisa terus ada dan dimanfaatkan secara berkepanjangan, salah satunya air, gelombang laut, angin, biomassa, ataupun panas bumi yang bisa mencapai 1.240 TWh. Sementara kalau kita bandingkan dengan potensi floating photovoltaic bisa mencapai ratusan ribu terawatt hours kalau dimanfaatkan secara baik," ujarnya.

Reporter: Antara

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...