Shell Genjot Produksi Bahan Bakar Pesawat Ramah Lingkungan
Perusahaan minyak dan gas, Shell, akan meningkatkan produksi bahan bakar penerbangan berkelanjutan (sustainable aviation fuel/SAF) di Amerika Serikat.
Presiden Shell USA, Gretchen Watkins mengatakan, legislator federal dan negara bagian AS telah merancang serangkaian kredit pajak untuk mendorong produksi SAF. Menurut dia, mengurangi emisi dari penerbangan lebih sulit dibandingkan dengan sektor transportasi lain yang memiliki lebih banyak alternatif selain bahan bakar fosil.
Namun demikian, dia tidak memberikan rincian tentang berapa banyak SAF yang akan diproduksi oleh Shell. Gretchen mengatakan, Shell akan terus memproduksi SAF karena bahan bakar itu memiliki keunggulan kompetitif yang unik.
“Tapi bahan bakar SAF ini hanya diproduksi dalam volume kecil di Amerika Serikat karena biayanya yang tinggi,” ujarnya, dikutip dari Reuters, Rabu (8/11).
Untuk diketahui, pemerintahan Biden menargetkan industri memasok setidaknya 3 miliar galon SAF setiap tahun pada 2030. Namun, pemerintah As belum memutuskan bahan baku mana yang akan dijadikan bahan bakar nabati untuk mendapatkan kredit pajak.
"Ada banyak pekerjaan yang harus dilakukan untuk dapat meningkatkan produksi SAF. Kami optimis bahwa kami akan menjadi bagian dari hal tersebut dan bekerja sama erat dengan para pelanggan kami,” kata dia.
Shell memasok SAF ke maskapai penerbangan dan pelanggan lain di seluruh Amerika Utara, Eropa, dan kawasan Asia Pasifik melalui program percontohan. SAF dapat dibuat dari sumber-sumber terbarukan dan berbasis limbah seperti minyak goreng bekas, limbah kota dan pertanian.
Sebagian besar investasi Shell di AS akan diarahkan pada minyak dan gas dan operasi perusahaan di Teluk Meksiko, di mana biaya produksi dan emisi karbonnya lebih rendah dibandingkan wilayah lain.
"AS adalah tempat di mana Anda akan melihat kami terus menginvestasikan modal dalam jumlah yang signifikan," ujar Gretchen.
SAF memiliki banyak keunggulan, salah satunya emisi yang lebih rendah dibandingkan bahan bakar berbasis fosil pada umumnya. Penggunaan bahan bakar ramah lingkungan pada industri penerbangan, nantinya juga akan diwajibkan di tahun 2026 sesuai Framework CORSIA (Carbon Offsetting and Reduction Scheme for International Aviation) dari International Civil Aviation Organization.
Tahun ini, regulasi tersebut pada tahun ini masih pada fase Voluntary Pilot Phase.