Pertamina Tegaskan Komitmen NZE 2060 di COP28 Dubai

Hanna Farah Vania
Oleh Hanna Farah Vania - Tim Publikasi Katadata
1 Desember 2023, 21:25
Pertamina mendukung komitmen NZE 2060 melalui program yang berdampak langsung pada capaian SDGs.
Pertamina
Hadap depan, dari kiri ke kanan: Dirjen Ketenagalistrikan Kementerian ESDM Jisman P. Hutajulu, Dirut Pertamina Nicke Widyawati, Presdir Medco Hilmi Panigoro, dan COO Masdar UEA Abdulaziz Alobaidli menjadi narasumber diskusi bertema "Increasing Ambitions in Renewable Energy Targets for NDC Acceleration” di Paviliun Indonesia di Dubai, UEA, Kamis (30/11/2023).

PT Pertamina menegaskan komitmennya dalam mendukung pemerintah mencapai target emisi nol bersih atau net zero emission (NZE) tahun 2060. Hal itu disampaikan Direktur Utama PT Pertamina Nicke Widyawati pada Konferensi Tingkat Tinggi Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa 2023 atau Conference of the Parties (COP) 28 di Uni Emirat Arab (UEA).

Pada sesi diskusi bertema “Increasing Ambitions in Renewable Energy Targets for NDC Acceleration” di Paviliun Indonesia di Dubai, Nicke menjelaskan bahwa Indonesia dihadapkan pada trilema energi. Ada tiga isu utama, yakni keamanan, kesetaraan, dan keberlanjutan energi.

Untuk menghadapi isu-isu tersebut, Pertamina mengembangkan tiga inisiatif strategis. Yaitu, dekarbonisasi pada operasional perusahaan (scope 1), membangun bisnis baru rendah karbon (scope 2), dan menerapkan program penyeimbangan karbon (scope 3).

Menurut Nicke, Indonesia memiliki target pertumbuhan ekonomi yang stabil. Energi menjadi salah satu katalisator pertumbuhan. Oleh karena itu, sebagai badan usaha milik negara (BUMN), Pertamina menempatkan keamanan energi sebagai prioritas utama.

“Namun, kami juga harus mengelola keseimbangan untuk kesetaraan energi yang mencakup aksesibilitas dan keterjangkauan energi. Dan, keberlanjutan energi dalam mengurangi emisi karbon dalam operasi kami, baik untuk scope satu, dua, dan tiga,” ujar Nicke dalam keterangan tertulis, Jumat (1/12).

Nicke menilai, Indonesia tidak bisa mengembangkan energi terbarukan dan mengalihkan semua bahan bakar fosil ke energi terbarukan sekaligus. Hal itu akan membahayakan keamanan energi. Oleh sebab itu, katanya, Pertamina memiliki tiga strategi tentang keberlanjutan, serta mempertahankan keamanan dan memperkuat kesetaraan energi.

Strategi pertama, yakni mempertahankan bisnis utama Pertamina di sektor minyak dan gas. Pemerintah menargetkan peningkatan produksi minyak dan gas hulu, dari saat ini 700 ribu barel per hari menjadi 1 juta barel per hari pada tahun 2030. Namun, pencapaian target ini ditempuh dengan cara yang berbeda, yakni dengan menerapkan green operation.

Terkait hal ini, Pertamina menjalankan tiga inisiatif, di antaranya efisiensi energi. “Kontribusinya sekitar 39 persen dalam mengurangi emisi. Itulah mengapa, kita fokus pada efisiensi energi dalam operasi kita, (yaitu) hulu, pengolahan, dan hilir,” ungkap Nicke.

Berikutnya, pengurangan metana. Metana memiliki kemampuan dan kapasitas untuk menghancurkan lingkungan yang lebih buruk dibanding emisi CO2. Itu sebabnya, perseroan menargetkan pengurangan metana 7,6 persen, emisi karbon 5,5 persen, serta flare reduction dan pemanfaatannya sebesar 16,7 persen.

“Dari tiga inisiatif tersebut, Pertamina sampai tahun lalu berhasil mengurangi 31 persen emisi dalam operasi internal kami,” imbuh Nicke.

Strategi kedua adalah meningkatkan pengembangan produk rendah karbon dengan memproduksi biofuel. Sebagai negara dengan area hutan terluas ke-8 di dunia, Indonesia tentu mampu memproduksi bioenergi. Pertamina pun telah memproduksi B35.

“Tahun lalu kami berhasil mengurangi sekitar 32 juta ton CO2 per tahun. Dan, kami akan menambahkan lebih banyak B35 sekarang, dan tahun depan B40. Bahkan, dalam Kebijakan Energi Nasional kita yang baru, targetnya sampai B60,” urai Nicke.

Selain itu, Pertamina memiliki Program Biogasoline yang mencampurkan bioetanol dari tebu, jagung, dan singkong ke dalam larutan bensin. Pertamina akan mulai dengan E5. Dalam Kebijakan Energi Nasional, secara bertahap kandungannya akan meningkat menjadi E40.

Terkait bahan bakar nabati ini, Pertamina baru saja meluncurkan bahan bakar jet berkelanjutan atau sustainable efficient fuel yang dicampur dengan minyak kelapa sawit mentah. Menurut Nicke, program ini adalah opsi terbaik untuk Indonesia.

“Ada tiga manfaat utamanya. Pertama, kami dapat mengurangi impor bahan bakar melalui biofuel. Kedua, kami dapat mengurangi emisi. Dan, yang ketiga adalah menciptakan lapangan kerja di hulu,” papar Nicke.

Selanjutnya, inisiatif ketiga adalah pengimbangan karbon. Walaupun masih ada bahan bakar fosil dan pembangkit listrik tenaga batu bara, Pertamina tetap harus mengurangi emisi.

Pertamina menggunakan teknologi carbon capture, utilization, and storage, serta solusi berbasis NBS atau Natural Base Solution dengan hutan yang ada di Indonesia. Kapasitas penyerapan emisi dari lingkungan global saat ini mencapai 15 persen.

Tantangan Pertamina

Dalam menjalankan berbagai inisiatif berkelanjutan, Pertamina menghadapi empat tantangan. Yang pertama adalah kerangka regulasi untuk mempercepat pengembangan energi terbarukan. Tantangan kedua terkait teknologi. Indonesia memerlukan teknologi termutakhir untuk memproduksi energi dari berbagai sumber daya alam.

Tantangan berikutnya adalah keuangan. Indonesia memerlukan pendanaan, terutama pada tahap awal pengembangan, penelitian, dan pengembangan. Yang terakhir adalah peningkatan kemampuan dan kapasitas. “Kami membutuhkan kolaborasi global tentang bagaimana kita dapat mengatasi tantangan ini, terutama dukungan dari pemerintah,” tutur Nicke.

Pertamina mendukung pencapaian target NZE 2060 dengan menyelenggarakan program-program yang berdampak langsung pada capaian Tujuan Prmbangunan Berkelanjutan.

Seluruh upaya tersebut sejalan dengan penerapan konsep yang mengedepankan aspek lingkungan, sosial, dan tata kelola atau environmental, social, and governance (ESG) pada seluruh lini bisnis dan operasi perseroan.

Senada, Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Jisman P. Hutajulu mengajak seluruh pemangku kepentingan turut andil mendorong transisi energi. Hal itu dilakukan dengan memanfaatkan energi baru terbarukan (EBT). “Pengembangan EBT dalam transisi energi ini adalah untuk jangka panjang,” kata Jisman.

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...