Energi Angin, Surya, dan Baterai Tumbuh Pesat di 2023

Hari Widowati
29 Desember 2023, 06:10
Ilustrasi energi terbarukan.
ANTARA FOTO/Abriawan Abhe
Sebuah kendaraan alat berat beroperasi di area pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) di Desa Mattirotasi, Kabupaten Sidrap, Sulawesi Selatan, Selasa (28/11).

Dunia menambah kapasitas energi terbarukan dengan sangat cepat pada 2023 berkat pertumbuhan proyek pembangkit listrik tenaga surya (PLTS). Tren ini akan membantu Bumi beralih dari bahan bakar fosil, mencegah pemanasan yang parah serta dampaknya.

Pertumbuhan kapasitas energi terbarukan didukung oleh harganya yang semakin murah. Menurut Badan Energi Internasional (IEA), berbagai negara juga mengadopsi kebijakan yang mendukung energi terbarukan. Faktor-faktor ini melawan suku bunga yang tinggi dan tantangan yang terus-menerus dalam mendapatkan bahan dan komponen di banyak tempat.

IEA memproyeksikan bahwa lebih dari 440 gigawatt (GW) energi terbarukan akan ditambahkan pada tahun 2023. Tambahan kapasitas energi terbarukan ini lebih besar daripada seluruh kapasitas listrik terpasang di Jerman dan Spanyol.

Prestasi Tenaga Surya

Melansir kantor berita Associated Press (AP), IEA menyebut Tiongkok, Eropa, dan Amerika Serikat (AS) mencetak rekor instalasi tenaga surya dalam satu tahun terakhir. Cina menambah kapasitas tenaga surya sebesar 180-230 GW sedangkan Eropa sebesar 58 GW.

Tenaga surya kini menjadi listrik termurah di sebagian besar negara. Harga panel surya sudah turun 40% hingga 53% di Eropa antara Desember 2022 dan November 2023. Saat ini harga panel surya berada di rekor terendah.

"Khususnya di Eropa, peningkatan penggunaan energi surya sangat pesat," kata Michael Taylor, analis senior di IRENA, seperti dikutip AP.

Ketika angka final untuk tahun 2023 keluar, energi surya diperkirakan akan melampaui total kapasitas tenaga air secara global. Namun, listrik yang dihasilkan oleh Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) masih lebih banyak dibandingkan listrik dari PLTS yang bersifat intermittent.

Di AS, California memiliki energi surya terbanyak, diikuti oleh Texas, Florida, North Carolina, dan Arizona. "Pemerintah negara bagian maupun pemerintah federal AS memberikan insentif yang berpengaruh besar terhadap pertumbuhan tenaga surya di AS," ujar Daniel Bresette, Presiden Environmental and Energy Study Institute, sebuah organisasi pendidikan dan kebijakan nirlaba.

Terlepas dari kesuksesan tenaga surya di tahun 2023, masih ada rintangan. Brasette menyebut ada kekurangan trafo dan kenaikan suku bunga kredit yang berpotensi menghambat pertumbuhan energi terbarukan itu.

Di AS, manufaktur tenaga surya juga tumbuh. "Kami telah melihat dampak dari Undang-Undang Pengurangan Inflasi dalam hal mendorong investasi ... lebih dari 60 fasilitas manufaktur tenaga surya diumumkan selama tahun lalu," ujar Abigail Ross Hopper, Presiden dan CEO Asosiasi Industri Energi Surya.

Tantangan untuk Energi Angin

Pada akhir 2023, dunia akan memiliki energi angin yang cukup untuk memasok listrik pada hampir 80 juta rumah. Ini merupakan rekor baru.

Seperti halnya tenaga surya, Wood Mackenzie menyebut sebagian besar pertumbuhan energi angin atau lebih dari 58 gigawatt, terjadi di Cina. Tiongkok berada di jalur yang tepat untuk melampaui target ambisius tahun 2030 yaitu 1.200 gigawatt kapasitas tenaga surya dan angin dalam skala utilitas.

Global Energy Monitor memperkirakan target ambisius ini bisa tercapai lima tahun lebih cepat dari jadwal, jika proyek-proyek yang direncanakan mulai dibangun.

Global Wind Energy Council mengatakan Cina adalah salah satu dari beberapa pasar yang berkembang tahun ini untuk tenaga angin. Perizinan yang lebih cepat dan perbaikan-perbaikan lain di pasar-pasar utama seperti Jerman dan India juga membantu menambah jumlah energi angin. Namun, Wood Mackenzie mengatakan instalasi Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) turun di Eropa sebesar 6% dari tahun ke tahun.

Tantangan jangka pendek seperti inflasi yang tinggi, kenaikan suku bunga, dan peningkatan biaya bahan bangunan memaksa beberapa pengembang angin laut untuk menegosiasikan ulang atau bahkan membatalkan kontrak proyek. Beberapa pengembang angin darat (onshore wind) menunda proyek hingga tahun 2024 atau 2025.

Hambatan ekonomi datang pada saat yang sulit bagi industri angin lepas pantai (offshore wind) AS yang baru lahir. Dua proyek ladang angin lepas pantai dengan skala komersial pertama di AS memulai konstruksinya pada tahun ini.

Keduanya ditargetkan akan dibuka pada awal tahun 2024 dan salah satu lokasi sudah mulai mengalirkan listrik ke jaringan listrik AS. Ladang angin lepas pantai yang besar telah menghasilkan listrik selama tiga dekade di Eropa, dan baru-baru ini di Asia.

Setelah bertahun-tahun mengalami pertumbuhan yang luar biasa, kelompok industri American Clean Power memperkirakan bahwa jumlah pembangkit listrik tenaga angin di AS akan berkurang pada akhir tahun ini. Listrik dari PLTB ini cukup untuk memenuhi kebutuhan listrik bagi 2,7 juta hingga 3 juta rumah.

Kelompok ini mengatakan bahwa para pengembang mengambil keuntungan dari kredit pajak baru yang disahkan tahun lalu dalam Undang-Undang Pengurangan Inflasi (IRA). Akan tetapi, perlu waktu bertahun-tahun untuk merealisasikan proyek-proyek tersebut. Sejak IRA disahkan, investasi untuk energi bersih di AS mencapai US$383 miliar.

Secara global, pembangunan PLTB juga lebih lambat tahun ini. Tiga pasar teratas tahun ini adalah Cina, AS, dan Jerman untuk energi angin yang diproduksi di darat. Adapun untuk pasar energi angin lepas pantai dikuasai Cina, Inggris, dan Jerman. Para analis memperkirakan bahwa industri global akan pulih tahun depan dan menyediakan hampir 12% lebih banyak energi angin di seluruh dunia.

Tahun Keemasan untuk Baterai Kendaraan Listrik

IEA menyatakan tren kendaraan listrik meningkat secara global pada 2023. Satu dari lima mobil yang terjual tahun ini adalah mobil listrik. Hal ini berarti bahwa tahun ini juga akan menjadi tahun yang baik untuk baterai kendaraan listrik.

Atlas Public Policy mencatat lebih dari US$43,4 miliar telah dihabiskan untuk pembuatan baterai dan daur ulang baterai di AS tahun ini, sebagian besar berkat Undang-Undang Pengurangan Inflasi. Hal ini menempatkan AS pada posisi yang lebih sejajar dengan Eropa, tetapi masih tertinggal dari Cina.

Benchmark Mineral Intelligence mengatakan AS dan Eropa masing-masing memiliki 38 pabrik baterai besar (gigafactory) yang sedang dibangun pada akhir November. Namun, Tiongkok memiliki 295 gigafactory yang sedang dibangun.

Industri ini terus mengeksplorasi berbagai cara untuk membuat baterai tanpa terlalu bergantung pada bahan berbahaya. Para ahli juga menyebut industri daur ulang baterai mengalami kemajuan. "Biaya bahan baku utama baterai, termasuk litium, juga turun secara signifikan," kata Analis Senior Benchmark Evan Hartley.

Paul Braun, Profesor Ilmu dan Teknik Material dari University of Illinois mengatakan biaya pembuatan baterai saat ini sudah turun sehingga memungkinkan sebagian besar orang Amerika mampu membeli kendaraan listrik.

Tahun 2023 bukanlah perjalanan yang mudah. Industri AS, khususnya, menghadapi beberapa kendala, seperti tantangan energi, kurangnya talenta sumber daya manusia, serta pelanggaran kesehatan dan keselamatan di pabrik baterai kendaraan listrik.

Meski begitu, para ahli optimis bahwa pertumbuhan baterai di seluruh dunia akan terus berlanjut. "Kisah baterai di AS dalam skala kecil adalah kisah baterai secara global pada 2023," ujar Daan Walter, Kepala Tim Strategi di Rocky Mountain Institute, sebuah kelompok penelitian keberlanjutan.

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...