PLTS Rokan, Wujud Nyata Diversifikasi Energi
Sebagai negara yang dilewati garis khatulistiwa, Indonesia menjadi negara tropis dan dianugerahi potensi energi surya yang melimpah. Berdasarkan data Kementerian ESDM (2022), Indonesia memiliki potensi energi surya hingga 3.294 Gigawatt-peak (GWp).
Senada, hasil kajian Institute for Essential Service Reform (IESR) bersama Global Environment Institute (GEI) dalam laporan bertajuk “Beyond 207 Gigawatts: Unleashing Indonesia’s Solar Potential” (2021) menyebutkan, Indonesia memiliki 3.400-20.000 GWp potensi energi surya yang bisa dikelola dalam PLTS. Bila potensi itu dimanfaatkan, maka kebutuhan listrik untuk 100 tahun ke depan dapat terpenuhi karena akan menghasilkan energi listrik hingga 27.000 Terawatt-hour (TWh) per tahunnya.
Dengan banyaknya potensi tersebut, pengembangan PLTS di Tanah Air menjadi hal yang perlu menjadi perhatian. Pengembangan PLTS dan pembangkit listrik dengan energi baru terbarukan (EBT) lainnya penting dilakukan agar ketergantungan terhadap pembangkit listrik berbasis fosil dapat berkurang.
Terkait perkembangan kapasitas terpasang PLTS di Indonesia, Peneliti Yayasan Indonesia CERAH Sartika Nur Shalati mencatat bahwa pada 2017-2022, terdapat peningkatan kapasitas PLTS. “Kapasitas terpasang PLTS pada 2017 sebesar 54,48 Megawatt (MW) naik menjadi 312,88 MW pada 2022,” katanya melalui wawancara tertulis kepada Katadata Green (28/11)
Pemerintah Indonesia telah menetapkan target ambisius dalam mencapai Net Zero Emission (NZE) pada 2060 atau lebih cepat. Untuk mewujudkannya, pemerintah berencana untuk menghasilkan listrik sebesar 708 GW. Dari jumlah tersebut, 96 persennya berasal dari pembangkit listrik energi terbarukan tidak terkecuali PLTS.
Implementasi PLTS dapat membantu percepatan transisi energi dari bahan bakar fosil ke sumber energi terbarukan yang pada akhirnya mendukung tujuan NZE pada 2060. PLTS juga dapat mendukung adaptasi terhadap perubahan iklim dengan menyediakan sumber energi yang dapat diandalkan terutama di daerah terpencil yang sulit diakses oleh jaringan listrik konvensional sehingga penerapan PLTS juga dapat memperkuat ketahanan energi suatu negara.
Salah satu negara yang mendominasi dalam industri tenaga surya adalah Tiongkok. Berdasarkan data Global Energy Monitor 2023, China tengah bersiap untuk menghasilkan tenaga listrik sebesar 1.200 Gigawatt (GW) melalui tenaga angin dan surya pada 2025. Pada kuartal pertama 2023, kapasitas terpasang tenaga surya di China mencapai 228 GW yang tersebar di Shanxi, Xinjiang, dan Hebei.
Melansir laman The Guardian, kemajuan Tiongkok dalam mengembangkan sumber energi terbarukannya tidak terlepas dari serangkaian kebijakan pemerintahnya seperti subsidi dan insentif untuk para pengembang.
Berkaca dari pengalaman Tiongkok, maka diperlukan komitmen kuat dari seluruh pihak mulai dari pemerintah hingga pelaku industri untuk memastikan infrastruktur PLTS di Indonesia dapat dikembangkan dengan efisien dan efektif.
Pengembangan PLTS Rokan Berikan Banyak Manfaat
Sebagai garda terdepan Pertamina Group dalam mengembangan EBT di Indonesia, Pertamina New & Renewable Energy (NRE) juga turut berpartisipasi dalam memanfaatkan potensi energi surya yang dimiliki Indonesia.
Pertamina NRE bersama Pertamina Hulu Rokan (PHR) membangun PLTS di Wilayah Kerja (WK) Rokan, Provinsi Riau dengan kapasitas terpasang 25,7 MW. WK Rokan dikenal sebagai penyangga produksi minyak bumi nasional karena kontribusinya mencapai 26 persen dari jumlah produksi minyak bumi nasional.
Dalam wawancara tertulis kepada Katadata Green, Jumat (1/12), CEO Pertamina NRE Dannif Danusaputro mengungkapkan, PLTS Rokan dapat menjadi bagian dari upaya pemerintah dalam mendukung pembangunan berkelanjutan, berkontribusi terhadap ketahanan energi nasional dan mencapai net zero emission pada 2060 dengan memanfaatkan sumber EBT.
“Penting bagi Pertamina NRE sebagai motor transisi energi Pertamina Group membantu penyediaan energi di PHR dengan wujud energi bersih dari PLTS," kata Dannif.
Menurut Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Provinsi Riau masuk dalam tiga besar provinsi paling potensial untuk pengembangan PLTS karena limpahan energi suryanya. Provinsi yang terletak di Pulau Sumatera ini memiliki potensi energi surya sebesar 290,4 Gigawatt-peak (GWp).
Dannif menuturkan, pembangunan PLTS Rokan merupakan wujud dari upaya diversifikasi energi sehingga dapat mengurangi emisi karbon dan turut serta mencegah risiko perubahan iklim. PLTS yang berada di Rumbai, Duri, dan Dumai ini juga mendukung pembangunan berkelanjutan yang menjadi bagian pemerintah dalam memanfaatkan sumber EBT.
Selain itu, pembangunan PLTS Rokan dapat menjadi ajang untuk mengembangkan dan menerapkan teknologi baru seperti teknologi penyimpanan energi atau peningkatan efisiensi panel surya.
PLTS Rokan dimanfaatkan PHR dalam mendukung kegiatan operasionalnya. “Dengan PLTS Rokan, PHR juga menunjukkan komitmen terhadap pengembangan energi bersih di Indonesia dan berkontribusi terhadap pengurangan emisi karbon dunia,” kata Dannif.
Senada, Direktur Utama PHR Chalid Said Salim juga menjelaskan bahwa PLTS Rokan juga bermanfaat dalam mengurangi emisi karbon hingga pajak karbon.
“Kami mengambil pendekatan yang berkelanjutan dan ramah lingkungan terhadap energi melalui pembangunan PLTS di WK Rokan. Tidak hanya memanfaatkannya untuk kebutuhan operasional, namun juga menjaga agar terjadi pengurangan emisi karbon sebanyak 23 ribu ton per tahun dan dapat mengurangi pajak karbon,” katanya, Rabu (27/12).
Ke depannya, lanjut Dannif, Pertamina NRE akan terus melanjutkan upaya implementasi energi terbarukan, termasuk PLTS di internal Pertamina maupun dengan mitra eksternal. “Kami terus mencari potensi-potensi untuk mengembangkan PLTS di Indonesia,”
Tidak hanya mendukung kegiatan operasional di Wilayah Kerja (WK) Rokan, PLTS Rokan juga memberikan manfaat lain, misalnya membuka lapangan kerja bagi masyarakat setempat. Dalam tahap peak project, PLTS terbesar di ladang minyak dan gas di Indonesia ini dapat memberdayakan 386 pekerja lokal.
Dannif menjelaskan, ke depannya masih terbuka potensi untuk meningkatkan kapasitas PLTS Rokan. “Pertamina NRE bersama PHR akan melakukan kajian detail dan menyeluruh untuk penambahan kapasitas,” tutupnya.
Pembangunan PLTS Rokan menjadi bukti bahwa PLTS groundmounted dengan skala puluhan MW dapat diwujudkan oleh anak bangsa. Tidak hanya PLTS Rokan, Pertamina NRE akan terus melanjutkan upaya implementasi terbarukan di internal Pertamina maupun dengan mitra eksternal.
Dengan potensi energi surya yang melimpah dan proyek-proyek inovatif seperti PLTS Rokan, Indonesia berada dalam jalur yang tepat untuk memanfaatkan sumber daya alamnya guna mendukung transisi menuju energi bersih dan berkelanjutan.