Ini Kondisi Pembangkit Tenaga Listrik Nuklir Jepang Pasca Gempa 7,6 SR
Gempa bumi 7,6 Skala Richter (SR) melanda Jepang pada Senin (1/1). Regulator nuklir Jepang menyatakan, tidak ada penyimpangan yang teridentifikasi di pembangkit listrik tenaga nuklir setelah serangkaian gempa bumi kuat di Jepang bagian barat tersebut.
Otoritas Regulasi Nuklir (NRA) menyatakan gempa tidak menyebabkan dampak pada reaktor di pembangkit listrik tenaga nuklir Ohi dan Takahama milik Kansai Electric Power di Prefektur Fukui.
Ohi memiliki dua unit yang beroperasi dan Takahama memiliki empat unit. Stasiun-stasiun tersebut berjarak sekitar 20 km satu sama lain dan keduanya berada di daerah yang terkena dampak di sepanjang pantai barat Jepang.
"Tidak ada risiko kebocoran radioaktivitas dari pembangkit listrik tenaga nuklir di daerah yang terkena dampak gempa bumi dan tsunami,"tulis pernyataan NRA dikutip dari nucnet.org, Selasa (2/1).
Badan Energi Atom Internasional mengatakan pihaknya telah melakukan kontak dengan NRA. Lembaga tersebut telah memastikan tidak ada kelainan pada pembangkit listrik tenaga nuklir di wilayah yang terkena dampak.
“IAEA akan terus memantau situasi ini,” kata sebuah pernyataan.
Badan Meteorologi Jepang menyatakan serangkaian 21 gempa bumi berkekuatan 4,0 atau lebih kuat melanda Jepang tengah hanya dalam waktu 90 menit pada Senin (1/1). Getaran terkuat melanda Prefektur Ishikawa pada pukul 16:10 waktu setempat dengan kekuatan 7,6 skala Richter.
Masyarakat di sepanjang pantai barat telah diminta untuk mengungsi ke tempat yang tinggi karena ada risiko tsunami.
Kecelakaan Nuklir 2011
Pada Maret 2011, gempa bumi besar di timur laut Jepang dan tsunami setinggi 15 meter menonaktifkan pasokan listrik dan pendinginan tiga reaktor Fukushima-Daiichi. Hal ini menyebabkan kecelakaan nuklir besar.
Semua reaktor komersial di negara tersebut ditutup setelah kecelakaan Fukushima-Daiichi dan tidak diperbolehkan beroperasi kembali sampai reaktor tersebut melewati pemeriksaan keamanan baru yang ketat.
Saat ini, 12 dari 33 reaktor nuklir di Jepang telah kembali beroperasi setelah memenuhi standar keselamatan pasca-Fukushima. Pembangkit yang dimulai kembali adalah: Sendai-1 dan -2, Genkai-3 dan -4, Ikata-3, Mihama-3, Ohi-3 dan -4 dan Takahama-1, -2, -3 dan -4.
Sebelum peristiwa Fukushima-Daiichi, Jepang memiliki 54 armada pembangkit listrik tenaga nuklir yang menghasilkan sekitar 30% listrik negara.
Pemerintahan Perdana Menteri Fumio Kishida menginginkan pembangkit listrik tenaga nuklir memainkan peran yang lebih besar dalam upaya mengurangi emisi karbon dan memastikan sumber energi yang stabil.
Menurut data yang dihimpun IAEA, sepanjang 2022 Jepang menghasilkan listrik berbasis energi nuklir sebesar 51,91 terawatt-hour (TWh).
Namun, Jepang masih kalah jauh dibanding Amerika Serikat, Tiongkok, Prancis, Rusia, dan Korea Selatan, yang produksi listrik nuklirnya berada di kisaran 167 sampai 772 TWh, seperti terlihat pada grafik di bawah.