PLTP Kamojang Penghasil Hidrogen Berbasis Panas Bumi Pertama di ASEAN
Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Kamojang resmi menjadi penghasil hidrogen hijau (green hydrogen) berbasis panas bumi pertama di Asia Tenggara. Green hydrogen plant (GHP) pada pembangkit energi baru terbarukan (EBT) ini akan memasok hidrogen hijau untuk Hydrogen Refueling Station (HRS) Senayan yang baru diresmikan Rabu, (21/2) kemarin.
PLTP Kamojang menjadi GHP ke-22 yang dibangun PT PLN (Persero). Hidrogen hijau berbasis panas bumi tersebut dihasilkan dari air kondensasi dari proses produksi listrik PLTP Kamojang.
Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, PLN berencana menambah kapasitas GHP di PLTP Kamojang sehingga produksi hidrogennya semakin besar. GHP ini menambah kapasitas produksi hidrogen hijau hingga 4,3 ton per tahun.
"Kita ingin mencoba hidrogen hijau dari proses produksi energi baru dan terbarukan murni," ujar Darmawan.
Dengan demikian, saat ini PLN telah memiliki 22 GHP tersebar di Indonesia yang bisa memproduksi 203 ton hidrogen hijau per tahun. Dari total produksi tersebut, sebanyak 75 ton hidrogen akan digunakan untuk kebutuhan operasional pembangkit. Sedangkan, 128 ton sisanya akan digunakan bahan bakar kendaraan hidrogen.
Dia mengatakan, total kapasitas produksi hidrogen hijau tersebut mampu digunakan untuk 438 mobil dalam setahun, dengan asumsi setiap mobil menempuh jarak 100 km/hari. Hal ini bisa mengurangi impor BBM sebanyak 1,59 juta liter per tahun menjadi energi domestik.
"Dari sisi hulunya sudah bisa kita selesaikan, dari hilirnya kita membangun HRS sebagai pilot project, nantinya juga di sini ada hydrogen center," kata Darmawan.
Peneliti Ahli Utama Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Eniya Listiani Dewi mendukung PLN menghadirkan HRS sebagai inovasi dalam mendukung transformasi hijau di sektor transportasi. Eniya pun mendorong ekosistem hidrogen hijau terus ditingkatkan searah dengan tingginya permintaan publik untuk transportasi yang ramah lingkungan.
"Ini merupakan momen bersejarah untuk mencapai Indonesia emas 2045, yang bukan hanya maju tetapi juga bersih dan berkelanjutan," ujarnya.
Eniya mengatakan, ekosistem hidrogen hjau masih memiliki banyak pekerjaan rumah untuk dilengkapi, termasuk permintaan pasarnya. Hal itu bisa dimulai dengan menggunakan bahan bakar hidrogen pada transportasi publik seperti bus dan kapal.
Berdasarkan data International Energy Agency, komitmen investasi terbesar di skala global untuk pengembangan energi hidrogen berasal dari Jerman, yakni mencapai US$ 10,3 miliar pada 2021.
Sedangkan di kawasan Asia, komitmen investasi paling besarnya berasal dari Jepang, yakni US$ 6,5 miliar.