Biodiesel B40 Kemungkinan Belum Diterapkan Tahun Ini
Pemerintah masih mengkaji penerapan biodiesel 40 persen atau B40 dari sebelumnya B35. Penerapan Biodiesel 40 persen kemungkinan tidak dilakukan tahun ini.
B40 adalah biodiesel yang mengandung fatty acid methyl ester atau FAME minyak kelapa sawit sebesar 40% dalam komposisi BBM solar.
Plt Dirjen Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Jisman P. Hutajulu, mengatakan B40 saat ini masih dikaji.
"Masih dilakukan kajian-kajian," ujarnya saat ditemui di acara Seminar Tantangan Industri Bioenergi di Jakarta, Selasa (27/2).
Namun, Jisman tidak merinci lebih lanjut kapan B40 tersebut akan diterapkan. Saat ini, implementasi B40 masih dalam tahap uji coba.
Sementara itu, Sekretaris Jenderal Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (Aprobi), Ernest Gunawan, mengatakan pihaknya menunggu arahan pemerintah mengenai implementasi B40. Namun, dia mengatakan, kemungkinan B40 tidak diterapkan tahun ini.
Tapi kalau tahun ini belum. Kecuali ada perubahan mendadak. Tapi sementara ini belum,” ucapnya.
Ernest mengatakan, Aprobi berharap ada pembahasan lebih lanjut terkait mandatori B40. Salah satu diantaranya terkait spesifikasinya biofuel tersebut.
“Sejauh ini kita hanya tinggal menunggu saja dari pemerintah. Kalau pemerintah ibaratnya ketok palu,” kata Ernest.
Konsumsi B35 Melebihi Target
Saat ini, pemerintah telah menerapkan Biodiesel 35% atau B35 sebagai bahan campuran BBM diesel produk Pertamina mulai Februari 2023. Selain diterapkan pada BBM bersubsidi Solar, implementasi B35 juga dilakukan pada BBM non-subsidi Dexlite.
Kementerian ESDM mengalokasikan kuota Bahan Bakar Nabati (BBN) atau biofuel B35 sebanyak 13,4 juta Kilo Liter (KL) di tahun ini. Direktur Bioenergi Kementerian ESDM, Edi Wibowo, menetapkan target tersebut lebih tinggi dari Rencana Umum Energi Nasional (RUEN).
“Di dalam RUEN menetapkan alokasi biofuel sebesar 12,5 juta KL, sedangkan pemerintah mengalokasikan 13,4 juta KL,” kata Edi.
Edi mengatakan, dari alokasi tersebut realisasinya diharapkan 12,5 hingga 13 juta KL di 2024.Ia yakin target tersebut bisa tercapai untuk meningkatkan peran bioenergi dalam bauran Energi Baru Terbarukan (EBT).
Konsumsi biodiesel lebih banyak diserap di dalam negeri dibandingkan ekspor. Berikut rinciannya seperti tertera dalam grafik di bawah.