Industri Migas Masih Topang Ekonomi RI, Transisi Energi Harus Bertahap
Industri minyak dan gas bumi (migas) masih menjadi sektor manufaktur yang memberikan kontribusi penciptaan ekonomi atau nilai tambah terbesar. Keadaan ini dipengaruhi oleh kematangan jaringan infrastruktur dan rantai pasok industri migas nasional yang mencakup lebih dari 150 jenis industri turunan di sektor hilir.
Direktur Eksekutif ReforMiner, Komaidi Notonegoro, menguraikan bahwa struktur ekonomi Indonesia ditopang oleh 185 sektor industri, dengan 183 diantaranya merupakan bisnis yang bergerak di sektor hilir migas. Sementara itu, sebanyak 80% industri hulu di tanah air juga berkaitan dengan migas.
"Hanya 2 dari 185 yang tidak terkait migas," kata Komaidi dalam agenda Indonesia Data and Economics Katadata 2024 bertajuk "Energy as A Driver of Economic Growth" di Kempinski Hotel Indonesia, Selasa (5/3).
Komaidi mengatakan, sektor migas merupakan industri yang memberikan kontribusi penciptaan ekonomi atau nilai tambah terbesar. Dia mengatakan, setiap Rp 1 triliun investasi yang dikucurkan ke sektor hilir migas, khususnya kimia dasar, akan menghasilkan penciptaan ekonomi sebanyak Rp 14 triliun.
"Lalu juga sektor pengilangan migas, Rp 1 triliun setara dengan penciptaan ekonomi Rp 9 triliun," ujarnya.
Pada forum tersebut, Komaidi mengusulkan agar pelaksanaan transisi energi dari penggunaan energi fosil migas di dalam negeri harus berjalan secara bertahap. Dia menekankan urgensi pemenuhan fasilitas pendukung dan industri bersih di sektor hilir.
"Apabila sektor migas berhenti, maka sebetulnya industri yang di hulu, di depan dan ditarik ke belakang itu juga akan berhenti," kata Komaidi.
Di tengah tren transisi energi, realisasi investasi di sektor energi baru terbarukan (EBT) Indonesia cenderung menurun pada 2023. Di sisi lain, investasi untuk migas serta mineral dan batu bara (minerba) meningkat.
Menurut laporan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), realisasi investasi EBT hanya US$ 1,5 miliar sepanjang 2023, berkurang 6,3% dibanding 2022. Angkanya jauh di bawah realisasi investasi migas yang naik 12,2% secara tahunan menjadi US$ 15,6 miliar, ataupun investasi minerba yang melonjak 31,1% secara tahunan jadi US$ 7,46 miliar.
Investasi Migas Terus Naik
Direktur Eksplorasi Pertamina Hulu Energi (PHE) Muharram Jaya Panguriseng, mengatakan bahwa peningkatan invetasi sektor migas domestik cenderung meningkat meski adanya tren narasi transisi energi. Hal itu dipicu oleh kebutuhan energi fosil yang semakin bertambah.
Gambaran mengenai kondisi permintaan energi fosil yang meroket di tengah komitmen global untuk melaksanakan transisi energi tercermin dari data statistik BP soal tingkat kebutuhan energi dunia.
BP menyatakan produksi minyak bumi dunia terus meningkat dari 88,6 juta barel per hari (bph) pada 2012 menjadi 93,8 juta bph pada 2022. Sementara produksi gas juga meningkat sekitar 20% dalam satu dekade terakhir dengan rata-rata konsumsi gas meningkat 1,7% per tahun.
Muharram mengatakan, Pertamina terus aktif melaksanakan eksplorasi dan pencarian terhadap potensi sumber daya migas di bawah permukaan bumi Indonesia. Hal ini seiring kebutuhan migas yang masih terus berlanjut hingga target Net Zero Emission (NZE).
"Kenapa kami giat eksplorasi? tahun 2023 kebutuhan energi kira-kira 245 megaton setara minyak (MTOE). Tahun 2050 naik 4 kali lipat menjadi 1.000 MTOE," ujar Muharram pada forum serupa.
Saat ini, bauran EBT diatur dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 22 Tahun 2017 tentang RUEN. Dalam Perpres tersebut, pemerintah hanya mengamanatkan peta jalan kebijakan ketahanan dan kemandirian energi nasional hingga 2050, dengan bauran EBT sebesar 31%. Adapun bauran energi baru bara masih berada di angka 25%, gas bumi 24% dan minyak bumi 20%.