Australia Berambisi Kuasai Pasokan Litium Dunia untuk Baterai Listrik
Perusahaan tambang asal Australia, Mineral Resources Limited (MinRes), akan mengembangkan pusat pemrosesan litium di wilayah Goldfields di Australia Barat dengan nilai transaksi A$ 15 Juta atau setara dengan Rp 154 miliar (kurs Rp 10.309/A$). Proyek ini dilakukan setelah MinRes mengakuisisi pabrik konsentrator nikel Danau Johnston dan hak penambangan dari Poseidon Nickel.
Dari total transaksi, MinRes membayar A$1 juta pada pelaksanaan perjanjian akuisisi kepada Poseidon Nickel. Kemudian A$6.5 juta pada penyelesaian kesepakatan dan A$7.5 juta.
Kabar ini disampaikan pendiri MinRes, Chris Ellison, Senin (18/3). Dia telah menyuarakan tentang rencananya untuk memproses bijih litium yang ditambang secara terpusat di wilayah tersebut dari pihak ketiga maupun penambang yang memiliki saham.
Akuisisi ini terjadi pada saat pemerintah Australia sedang mempertimbangkan kredit pajak untuk perusahaan yang membangun fasilitas pemrosesan untuk meningkatkan nilai mineral energi hijau, seperti nikel dan litium.
Ellison berambisi Australia akan menjadi pemasok setengah bahan baku baterai di dunia. Langkah tersebut merupakan rencananya untuk mendominasi sektor litium. Dimana dirinya sudah memiliki tiga tambang.
"Kami bermaksud untuk membawa keahlian kami dalam produksi spodumene. Danau Johnston memiliki potensi paling prospektif di dunia untuk litium," kata Ellison dikutip dari Reuters, Senin (18/3).
MinRes akan mengubah pabrik nikel yang ada untuk dapat memproses litium menjadi konsentrat spodumen. Namun, Minres belum mengungkapkan biaya modal proyek tersebut.
Spodumen adalah mineral piroksen yang terdiri dari litium aluminium inosilikat. Selain itu, sumber litium yang penting dalam pembuatan baterai.
Menurutnya, pemrosesan lebih lanjut membuat baterai dari litium hidroksida yang diproduksi Tianqi dan Albemarle terlalu mahal dalam kondisi saat ini.
Aramco hingga Exxon Bidik Pengembangan Litium
Raksasa migas Arab Saudi, Saudi Aramco, dan Uni Emirat Arab, Abu Dhabi National Oil Company (ADNOC), berencana mengembangkan litium yang akan diekstrak dari air garam di ladang minyak mereka.
Ini menjadi langkah untuk mendiversifikasi bisnis dua raksasa migas timur tengah ini, sehingga bisa mendapat keuntungan dari terus meningkatnya penggunaan kendaraan listrik.
Dua raksasa migas dunia lainnya, termasuk Exxon Mobil dan Occidental Petroleum juga berencana memanfaatkan teknologi baru untuk menyaring litium dari air garam sejalan dengan upaya dunia untuk menjauh dari bahan bakar fosil.
Arab Saudi, yang perekonomiannya bergantung pada minyak, telah menghabiskan miliaran dolar untuk mencoba mengubah dirinya menjadi pusat kendaraan listrik. Ini adalah upaya Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman untuk menemukan sumber kekayaan alternatif.
Tiga orang yang mengetahui masalah ini mengatakan Saudi Aramco dan ADNOC berada pada tahap awal pekerjaan untuk mengekstrak litium, yang dianggap sebagai mineral penting oleh banyak negara besar karena penggunaannya dalam pembuatan baterai.
Mereka menolak memberikan rincian mengenai jenis teknologi ekstraksi litium langsung (direct lithium extraction/DLE) yang akan digunakan. Teknologi DLE masih berada pada tahap awal dan keekonomiannya jauh lebih tidak pasti dibandingkan teknologi minyak.