ITS Kembangkan Purwarupa PLTS Apung Laut Pertama di Indonesia

Rena Laila Wuri
20 Maret 2024, 10:57
Purwarupa PLTS Apung Buatan ITS
ITS
Purwarupa PLTS Apung Buatan ITS
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya meluncurkan purwarupa struktur pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) apung laut pertama di Indonesia di wilayah galangan kapal Orela di Gresik.  Pengembangan ini dilakukan karena PLTS apung di Indonesia masih terbatas pada skala danau atau waduk.

Rektor ITS, Profesor Mochamad Ashari, mengatakan luas daerah danau atau waduk di Indonesia terbatas. Hal itu membuat area jangkauan pemanfaatan PLTS menjadi kurang optimal.

"Karena itu, untuk memaksimalkan potensi serta dampak dari PLTS apung ini, luas aplikasinya kita perluas menjadi di laut,” kata Ashar dikutip dari situs resmi ITS, Rabu (20/3).

Menurut Ashari, pengembangan PLTS apung laut memiliki hambatan yang cukup berat dalam realisasinya. Salah satu permasalahan utama yang mengganggu upaya ini adalah besarnya gelombang laut.

Hal ini karena gelombang laut dapat menimbulkan kerusakan pada panel surya. Untuk itu, Solar2Wave hadir sebagai jawaban atas permasalahan tersebut.

Dalam kesempatan yang sama, Ketua tim peneliti Solar2Wave Indonesia Profesor I Ketut Aria Pria Utama mengatakan proyek tersebut merupakan pengembangan PLTS apung yang dilengkapi dengan sistem terpadu untuk mengatasi masalah gelombang.

Kawasan panel surya pada Solar2Wave dilengkapi dengan floater atau pengapung dan dikelilingi oleh break water atau pemecah air yang mampu meminimalisasi hantaman gelombang yang keras pada panel surya apung.

I Ketut Aria menuturkan, purwarupa yang dikembangkan tersebut terdiri dari enam buah panel surya berjenis monocrystalline dan polycrystalline dengan kapasitas total 600 watt. Solar2Wave juga dilengkapi sistem penyimpanan energi dalam wujud baterai berkapasitas 12 volt dengan tegangan 65 Ah.

“Kubus apung yang digunakan juga telah tersertifikasi dan tahan terhadap sinar ultraviolet, anti korosi dari air laut, bahan kimia, serta minyak," ujarnya.

Setelah berhasil mengembangkan purwarupa di wilayah galangan kapal Orela di Gresik, pilot project riset Solar2Wave ini selanjutnya akan dikembangkan di wilayah Gili Ketapang, Probolinggo, Jawa Timur.

PLTS Apung Terbesar di ASEAN

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo telah meresmikan  meresmikan proyek Pembangkit Listrik Tenaga Surya atau PLTS Terapung (Floating Solar PV) Cirata. Proyek PLTS Terapung Cirata ini akan menjadi yang terbesar di kawasan Asia Tenggara.

Jokowi meresmikan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) terapung Cirata dengan kapasitas 192 MWp pada November tahun lalu. PLTS terapung tersebut akan dikembangkan hingga 1.000 MWp.

Dia mengatakan, momen tersebut merupakan hari yang bersejarah karena mimpi besar Indonesia membangun pembangkit energi baru terbarukan dalam skala besar akhirnya bisa terlaksana. Indonesia berhasil membangun PLTS terapung terbesar di Asia Tenggara dan nomor tiga di dunia.

Menurut Jokowi, waduk Cirata sudah memiliki Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) dengan kapasitas 1.000 MW. Saat ini, Cirata juga memiliki PLTS terapung sebesar 192 MWp. Ke depan, PLTS terapung Cirata akan dimaksimalkan kurang lebih 1.000 MWp.

"Jadi nanti tenaga airnya bisa untuk energi hijau juga dan saya gembira dan bangga melihat PLTS terapung di Cirata ini telah selesai," ujar Jokowi saat peresmian PLTS Cirata di Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, Kamis (9/11).

Dia mengatakan, pembangunan PLTS ini merupakan hasil kerja sama Kementerian ESDM, Kementerian BUMN bersama PLN, dan kolaborasi dengan kekuatan dunia yaitu Masdar dari Uni Emirat Arab.

Jokowi berharap seluruh potensi energi baru terbarukan yang ada di Indonesia bisa dimanfaatkan. Dia optimistis hal itu bisa terlaksana karena saat ini teknologinya sudah mumpuni.

"Sekarang teknologinya sudah ada misalnya di pembangkit surya ini juga ada pembangkit angin. Dalam prosesnya ada tantangan cuaca memang, tapi bisa kita atasi dengan membangun smart grid, sehingga meskipun cuaca berubah-ubah listriknya tetap stabil," ujarnya.

Dia mengatakan, pembangunan energi baru terbarukan (EBT) memiliki tantangan karena jauh dari pusat kebutuhan listrik. Namun, hal itu bisa diatasi dengan membangun dengan teknologi transmisi.

" Nantinya setiap potensi EBT di Sumatera, di Kalimantan, dan Sulawesi bisa kita salurkan ke pusat pusat ekonomi," ujarnya.

 

Reporter: Rena Laila Wuri

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...