Dirut PLN Sebut Ada 60 GW Pembangkit EBT dalam RUKN yang Baru

Tia Dwitiani Komalasari
26 Maret 2024, 07:39
PLTS Likupang di Desa Wineru, Kecamatan Likupang Timur, Kabupaten Minahasa Utara, Sulawesi Utara.
KESDM
PLTS Likupang di Desa Wineru, Kecamatan Likupang Timur, Kabupaten Minahasa Utara, Sulawesi Utara.
Button AI Summarize

Direktur Utama PT PLN (Persero) mengatakan pemerintah bersama PLN akan merilis Rencana Usaha Ketenagalistrikan Nasional (RUKN) yang baru dalam waktu dekat. Dalam RUKN tersebut, terdapat pembangkit energi baru terbarukan sebesar 60 Gigawatt (GW).

"Di sana (RUKN baru) akan diatur terkait pembangunan pembangkit EBT skala besar dan green transmission line yang menghubungkan antar pulau di tanah air," ujar Darmawan dikutip dari keterangan tertulis, Selasa (26/3).

Darmawan mengatakan RUKN terbaru menetapkan bahwa ekosistem EBT Indonesia akan ditopang oleh pembangkit berbasis hidro dan geothermal sebesar 32 Gigawatt (GW). Selain itu, terdapat juga pembangkit berbasis surya dan angin sebesar 28 GW.

Oleh sebab itu, dia mengatakan, pengembangan green transmission line atau jalur transmisi hijau akan berperan krusial untuk menyalurkan listrik hijau antarpulau. Pasalnya ada ketidaksinambungan antara lokasi sumber pembangkit EBT yang ada di luar Jawa, dengan pusat konsumsi listrik terbesar di Jawa.

”Untuk itu, kita perlu menghubungkan Sumatera ke Jawa, Kalimantan ke Jawa, Nusa Tenggara Timur ke Jawa, Kalimantan ke Sulawesi, yang di dalamnya akan ada proyek besar perancangan dan pengembangan green transmission line,” kata Darmawan.

Menurut laporan Kementerian ESDM, batu bara dan minyak bumi masih mendominasi bauran energi Indonesia. Pada 2023, bauran batu bara dalam energi primer nasional mencapai 40,46%, dan minyak bumi 30,18%.

Sementara bauran gas bumi 16,28%, dan energi baru terbarukan (EBT) paling kecil, yakni 13,09%.

Kementerian ESDM mencatat, bauran EBT sebenarnya ditargetkan naik menjadi 17,9% pada 2023. Namun, target ini belum berhasil tercapai.

Gaet Perusahaan Cina

Dalam kesempatan tersebut, Darmawan juga mengungkapkan Perjanjian Studi Pengembangan Bersama atau Joint Development Studi Agreement (JDSA) antara Sub Holding PLN Indonesia Power dengan China Energy Engineering Group Co., Ltd (CEEC) di Jakarta, (21/03). Kerja sama ini terkait pengembangan proyek energi hijau secara komprehensif di Sulawesi.

Darmawan Prasodjo mengatakan penandatanganan kerja sama ini menjadi momen penting dalam pengembagan energi hijau.

Board Chairman of CEEC Group, Song Hailiang, mengatakan, pihaknya siap mendukung Pemerintah Indonesia dalam mencapai net zero emission di tahun 2060 atau lebih cepat. Dalam hal ini CEEC optimistis karena telah memiliki sejarah panjang kerja sama pengembangan EBT dengan PLN.

”Indonesia merupakan mitra penting Tiongkok dalam bersama-sama membangun dan berkontribusi terhadap target NZE 2060 di Indonesia,” tutup Song.

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...