BRIN Kembangkan Reaktor Nuklir Generasi IV, Bakal Dibantu Rusia

Tia Dwitiani Komalasari
28 Maret 2024, 09:39
Reaktor nuklir di Haiyang, Cina
Caixing Global
Reaktor nuklir di Haiyang, Cina
Button AI Summarize

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengundang para pelaku industri nuklir global untuk bekerja sama mengembangkan reaktor nuklir generasi IV di Indonesia. Ajakan tersebut telah disambut hangat oleh Rusia.

Kepala Pusat Riset Teknologi Reaktor Nuklir BRIN Topan Setiadipura mengatakan bahwa reaktor yang paling sesuai untuk dikembangkan di Indonesia adalah yang berpendingin gas suhu tinggi (HTGR) karena sangat aman, ekonomis, dan minimum limbah.

Untuk itu, dalam pameran dan forum industri nuklir ATOMEXPO 2024, dia memaparkan rencana Indonesia membangun teknologi HTGR pebble bed berkapasitas 40MWt yang dinamakan PeLUIt-40.

“Harapannya BRIN bisa melakukan joint development. Kalau untuk teknologi yang BRIN kembangkan, (mitra) yang cocok itu Rosatom (Rusia) atau Cina,” kata Topan dikutip dari Antara, Kamis (28/3).

Dia mengatakan, BUMN nuklir Rusia, Rosatom, turut berperan dalam sejarah pengembangan reaktor generasi IV di Indonesia dengan melakukan transfer desain konseptual HTGR pebble bed pada 2015-2016.

BRIN telah mengajukan anggaran pengembangan teknologi HTGR kepada Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) sebesar Rp 2 triliun, untuk proses pengerjaan yang diperkirakan sekitar lima tahun.

Menurut Topan, angka tersebut tidak besar jika mempertimbangkan kekuatan ekonomi Indonesia.

“Bagi pemerintah, sistemnya kan multiyears ya. Jadi setahun hanya sekitar Rp400 miliar, itu kan nggak besar. Di sisi lain, kita juga berkampanye ke luar, seperti di Rosatom ini, tujuan saya (berpartisipasi) kan untuk mengajak kolaborasi,” kata Topan.

Melalui pengembangan PeLUIt-40, Indonesia tidak hanya mengincar peningkatan produksi listrik melalui energi ramah lingkungan, tetapi juga untuk menghasilkan hidrogen yang rendah karbon.

Dengan demikian, pengembangan reaktor generasi IV diharapkan bisa mengurangi ketergantungan Indonesia pada energi yang berasal dari bahan bakar diesel, terutama di daerah-daerah terpencil.

“Saat ini (PT) PLN itu mengeluarkan uang untuk menyediakan diesel di daerah-daerah terpencil sekitar 24 sen/kWh, sedangkan hitungan kita reaktor PeLUIt-40 itu (biaya listriknya) 13 sen/kWh,” kata Topan.

BRIN menargetkan desain reaktor tersebut bisa disetujui oleh Badan Pengawas Teknologi Nuklir (Bapeten) RI pada 2025, bersamaan dengan proses uji tapak, sebelum berlanjut ke persetujuan konstruksi.

“Kami berharap pada 2027 bisa mulai konstruksi, mungkin katakanlah (pembangunannya) tiga tahun lah karena reaktornya kecil. Tetapi itu akan tergantung mitra kita juga nantinya,” tutur Topan.

Halaman:
Reporter: Antara
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...