Harga Baterai Turun 90%, Diprediksi Bisa Lebih Murah dari Batu Bara
Laporan Badan Energi Internasional (IEA) menyebutkan harga baterai turun 90 persen dalam 15 tahun terakhir. Hal itu berdampak pada industri hijau di seluruh dunia mulai dari mobil listrik hingga pembangkit listrik berbasis energi baru terbarukan.
Dalam laporan tersebut dikatakan jika pertumbuhan baterai melampaui hampir semua teknologi energi bersih lainnya pada 2023. Hal ini, karena penurunan biaya, inovasi, dan kebijakan industri yang mendukung membantu meningkatkan permintaan.
Dalam laporan IEA mengungkapkan biaya baterai telah turun lebih dari 90 persen dalam 15 tahun terakhir. Ini adalah salah satu penurunan tercepat yang pernah terlihat di antara teknologi energi bersih.
Pada 2023, penyebaran baterai di sektor listrik meningkat lebih dari 130 persen. Hal ini karena adanya peningkatan penjualan mobil listrik hingga 14 juta unit.
"Sektor listrik dan transportasi adalah dua pilar utama untuk menurunkan emisi dengan cukup cepat untuk memenuhi target yang disepakati di COP28 dan tetap membuka kemungkinan membatasi pemanasan global hingga 1,5°C," kata Direktur eksekutif IEA, Fatih Birol, dikutip dari Euronews, Jumat (3/5).
Bakal Lebih Murah dari Batu Bara
Dalam laporannya, IEA menghitung setidaknya diperlukan kapasitas baterai hingga 1.200 GW dari 1.500 GW energi terbarukan di dunia. Birol mengatakan, kombinasi panel surya dan baterai saat ini kompetitif dengan pembangkit batu bara baru di India.
“Dan hanya dalam beberapa tahun ke depan, itu akan lebih murah daripada batu bara baru di Cina dan tenaga berbahan bakar gas di Amerika Serikat. Baterai mengubah permainan di depan mata kita,” kata Birol .
Namun demikian, penyebaran baterai masih perlu ditingkatkan secara signifikan dalam beberapa tahun ke depan jika dunia ingin mencapai tujuan energi bersih dan penanganan perubahan iklim.
Untuk mencapai komitmen KTT iklim COP28 pada 2030, kapasitas penyimpanan global perlu meningkat enam kali lipat. Pada KTT iklim COP28, negara-negara sepakat untuk melipatgandakan kapasitas energi terbarukan pada 2030.
Selain itu, mereka juga sepakat menggandakan laju efisiensi energi, sambil menjauh dari bahan bakar fosil. Dengan begitu, baterai akan melakukan sebagian besar pekerjaan berat.
Peran Baterai dalam Transisi Energi
Birol mengatakan, baterai memainkan peran yang tak ternilai dalam meningkatkan di sektor energi terbarukan dan transportasi. Selain itu, baterai juga memberikan energi yang aman dan berkelanjutan untuk bisnis dan rumah tangga.
Badan Energi Internasional (IEA) menyebut baterai menjadi salah satu kompenen penting dalam transisi energi terbarukan. Pasalnya, energi matahari dan angin memerlukan penyimpanan baterai untuk memperlancar pasokan listrik dari sumber hijau ini.
Baterai juga diperlukan dalam Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dan Pembangkit Listrik Tenaga Angin atau Bayu (PLTB) untuk menangkap dan menyimpan kelebihan listrik yang dihasilkan. Selain itu, baterai dapat mengurangi kemacetan jaringan pada saat pasokan tinggi.
Laporan IEA menyebutkan, baterai juga dapat membantu mencapai akses energi universal di seluruh dunia pada 2030. Hal itu memungkinkan 400 juta orang di negara berkembang untuk mendapatkan akses listrik melalui solusi terdesentralisasi seperti sistem rumah surya dan jaringan mini.