Eropa dan Asia Bakal Jadi Pasar Utama Hidrogen Hijau

Image title
20 Juni 2024, 15:49
Benua Eropa dan Asia menjadi pasar utama hidrogen hijau di dunia.
ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/tom.
Pekerja mengecek tabung yang berisikan hidrogen di Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU) Tanjung Priok, Jakarta Utara, Senin (20/11/2023). PT. PLN (Persero) resmi menciptakan 21 unit hidrogen dengan kemampuan produksi hingga 199 ton hidrogen per tahunnya yang nantinya akan dimanfaatkan sebagai bahan bakar kendaraan mobil sebagai energi terbarukan.
Button AI Summarize

Country Manager Green Hydrogen Organisation Rifan Bachtiar mengatakan hidrogen hijau atau green hydrogen akan mendominasi pasar di dua benua, yakni di Eropa dan Asia. Sementara itu, hidrogen biru diproyeksikan mendominasi pasar di benua Amerika.  

"Di sana (Amerika) sekarang sedang mengadopsi besar-besaran blue hydrogen baik secara infrastruktur maupun insentif karena dia lebih murah sehingga off taker atau pihak yang menggunakannya lebih banyak," ujar Rifan dalam Indonesia International Hydrogen Summit (IIHS), di Jakarta, Kamis (20/6).  

Menurutnya, kedua jenis hidrogen itu memang tidak berbeda terlalu jauh. Namun, ada beberapa hal yang sangat membedakan keduanya baik dari harga maupun dampak lingkungannya. 

Rifan menjelaskan, terdapat beberapa kelemahan dari blue hydrogen terutama terkait emisi dan kesesuaianya dengan target perubahan iklim. Namun, harga yang ditetapkan jauh lebih murah dibandingkan dengan green hydrogen

Menurutnya, jika suatu negara ingin menekan emisi gas rumah kaca maka hidrogen hijau seharusnya menjadi pilihan dibandingkan dengan hidrogen biru.  "Kalau target kita mengurangi emisi (gas rumah kaca), green hydrogen ini lebih bagus karena emisinya lebih rendah," kata Rifan. 

Kondisi Pasar Asia

Rifan mengatakan, mayoritas negara di Asia Pasifik memposisikan negaranya sebagai penyedia dan pengekspor hidrogen hijau dibandingkan sebagai konsumen atau pengimpor. "Mayoritas negara di Asia Pasifik positioning mereka adalah sebagai eksportir sehingga kebijakan yang dikeluarkan juga lebih ke eksportir," ucapnya. 

Meski begitu, terdapat dua negara, yaitu Jepang dan Korea Selatan yang memposisikan diri sebagai off taker atau pembeli hidrogen hijau. Pasalnya, kedua negara itu tidak memiliki sumber daya hidrogen hijau yang mumpuni sehingga mereka harus mengimpor dari negara lain.  

"Jepang dan Korea Selatan juga memilki industri yang kuat dan industri ini butuh bahan bakar. Mereka tidak bisa menggunakan sumber daya sendiri karena mereka tidak terlalu independen dalam pasokan energi dan harus mengimpor, " ujar dia.  

Reporter: Djati Waluyo

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...