Indonesia Masuk 10 Besar Negara dengan Polusi Terburuk Sepanjang 2023
Indonesia masuk 10 besar negara penghasil karbon dioksida terbesar dunia sepanjang 2023, menurut Tinjauan Statistik Energi Dunia dari Institut Energi 2024. Emisi karbon dioksida dari produksi energi mencetak rekor tertinggi yaitu sebesar 24,5 miliar metrik ton karbon dioksida (CO2) pada tahun tersebut.
Dikutip dari Reuters, Selasa (25/6), jumlah emisi tersebut lebih tinggi 582 juta ton dibandingkan 2022. Hal ini terjadi meskipun terjadi penurunan emisi tahunan di lima dari 10 negara dengan polusi terbesar di dunia.
Indonesia berada di posisi enam. Sementara negara lainnya yang masuk 10 besar tempat paling berpolusi di dunia adalah Korea Selatan, Jerman, Arab Saudi, Iran, Jepang, dan Rusia.
Tiga negara penghasil polusi energi terbesar adalah Tiongkok, Amerika Serikat, dan India, yang bersama-sama menyumbang lebih dari 53% polusi energi pada tahun lalu.
Tiongkok sendiri mengeluarkan emisi sebesar 11,2 miliar ton, yang menandai lonjakan emisi sebesar 642 juta ton dibandingkan 2022. Ini merupakan peningkatan tonase tahunan terbesar sejak 2011.
Lonjakan emisi ini mencerminkan peningkatan aktivitas industri Tiongkok pada 2023 dibandingkan tahun sebelumnya, ketika kombinasi pembatasan pergerakan COVID-19 ditambah krisis kredit sektor konstruksi melemahkan aktivitas ekonomi.
Produksi baja konstruksi dan semen Tiongkok masih tertekan, sehingga membantu mengendalikan emisi dari industri berat pada 2024. Namun produksi barang-barang lain menunjukkan tanda-tanda ekspansi, yang seharusnya mendorong peningkatan permintaan energi – dan emisi – secara keseluruhan di masa depan.
Emisi India juga mencapai angka tertinggi baru yaitu 2,8 miliar ton pada 2023. Angka tersebut naik 219 juta ton, atau 8%, dari total emisi pada 2022.
Emisi sektor energi India telah tumbuh rata-rata 8% per tahun sejak tahun 2021, dibandingkan dengan pertumbuhan 3% di Tiongkok pada periode tersebut.
Ketergantungan negara ini pada batu bara untuk lebih dari 75% produksi listriknya berarti bahwa tren emisi akan terus meningkat dalam beberapa tahun ke depan, bahkan ketika perusahaan-perusahaan listrik membangun lebih banyak kapasitas pembangkit listrik terbarukan.
Emisi dari Amerika Serikat mencatat kontraksi sebesar 158,5 juta ton pada tahun 2023 menjadi 4,64 miliar ton. Ini merupakan pelepasan terendah dari sektor energi sejak tahun 2020 ketika pembatasan pergerakan akibat COVID menghambat aktivitas penyulingan dan permintaan bahan bakar.