Porsi Pembangkit Batu Bara RI Cetak Rekor, Lampaui Polandia dan Cina

Image title
1 Juli 2024, 08:00
Foto udara alat berat memuat batu bara di tempat penampungan batu bara, tepi Sungai Batanghari, Muaro Jambi, Jambi, Kamis (20/6/2024). Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, nilai ekspor batu bara Indonesia pada Mei 2024 sebesar 2,5 miliar dolar AS atau tu
ANTARA FOTO/Wahdi Septiawan/foc.
Foto udara alat berat memuat batu bara di tempat penampungan batu bara, tepi Sungai Batanghari, Muaro Jambi, Jambi, Kamis (20/6/2024). Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, nilai ekspor batu bara Indonesia pada Mei 2024 sebesar 2,5 miliar dolar AS atau turun 4,04 persen dibanding bulan sebelumnya atau turun sebesar 16,85 persen dibanding Mei tahun lalu.
Button AI Summarize

Data baru dari lembaga think tank energi, Ember, mengungkapkan Indonesia dan Filipina mencatatkan rekor tertinggi porsi Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) batu bara pada 2023. Porsi PLTU batu bara Indonesia bahkan sudah melampaui Polandia dan Cina.

Analis Listrik Global dari Ember, Kostantsa Rangelova, mengatakan porsi PLTU batu bara Indonesia mencapai 61,8% pada 2023, melampaui Polandia. Tahun sebelumnya, pangsa pasar PLTU batu bara Indonesia sudah melebihi Cina.

Hal itu juga dialami Filipina yang pangsa pasar batu baranya meningkat dari 59,1% batu bara pada 2022 menjadi 61,9% pada tahun 2023. Ini merupakan yang pertama kalinya porsi batu bara Filipina melampaui Tiongkok dan Polandia.

"Besarnya porsi batu bara untuk memasok listrik tersebut membuat energi baru terbarukan tidak mampu mengimbangi peningkatan permintaan listrik," ujarnya dikutip dari keterangan tertulis, Senin (1/7).

Dia mengatakan, tenaga surya dan angin masing-masing hanya menghasilkan 0,3% dan 3,2% dari total produksi listrik pada 2023 di Indonesia dan Filipina. Kedua negara tersebut tertinggal di belakang rata-rata ASEAN sebesar 4,4% dan pemimpin regional Vietnam sebesar 13%.

Bahkan di Tiongkok dan Polandia, yang secara historis bergantung pada batu bara, telah mengalami pertumbuhan pesat pembangkit listrik tenaga surya dan angin. Hal ini membuat porsi penggunaan batu bara menjadi berkurang.

Di Tiongkok, permintaan listrik meningkat sebesar 6,9%, dan hampir separuh kenaikan permintaan dipenuhi oleh tenaga surya dan angin. Sementara itu, Polandia mengalami penurunan permintaan listrik sebesar 5%, namun tenaga angin dan surya melonjak sebesar 26%, sehingga mengakibatkan penurunan tajam dalam pembangkitan batu bara (-17%).

Potensi Tenaga Surya dan Angin

Di Indonesia, permintaan listrik meningkat sebesar 5,1% pada tahun 2023. Dua pertiga permintaan tersebut dipenuhi oleh batu bara (67%), dan sepertiga sisanya sebagian besar dipenuhi oleh gas (31%).

Seiring dengan melambatnya pertumbuhan tenaga surya dan angin, meningkatnya ketergantungan terhadap batu bara telah menjadikan Indonesia sebagai negara penghasil listrik batu bara terbesar kelima di dunia, naik dari peringkat kesebelas pada tahun 2015.

Sedangkan di Filipina, pertumbuhan pembangkitan batu bara jauh lebih tinggi dibandingkan kenaikan permintaan listrik (9,7% vs. 4,6%). Pembangkitan batu bara absolutnya menempati peringkat ke-17 di dunia, namun menempati peringkat ke-8 dalam hal pangsa pembangkitan.

Meskipun demikian, Indonesia dan Filipina masih memiliki peluang untuk memanfaatkan potensi tenaga surya dan angin yang besar. Analis Listrik Global dari Ember, Kostantsa Rangelova mengatakan dua sumber energi tersebut dapat diadopsi oleh Indonesia karena surya dan angin dapat diimplementasikan dengan cepat dan merupakan sumber listrik yang murah.

"Indonesia dan Filipina seharusnya mempercepat pengembangannya untuk memenuhi permintaan listrik yang meningkat, sehingga mendekatkan diri pada target net zero mereka," ujar Konstantsa dalam keterangan, Rabu (26/6).




Reporter: Djati Waluyo

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...