ESDM Mulai Kaji Penerapan Biodiesel B50, Rampung Oktober 2024

Image title
8 Agustus 2024, 14:38
Direktur Jendral Energi Baru Terbarukan Konservasi Energi (EBTKE), Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Eniya Listiani Dewi, saat menjadi pembicara kunci dalam acara Katadata Sustainability Action For The Future Economy (SAFE) 2024, di Jaka
Fauza/Katadata
Direktur Jendral Energi Baru Terbarukan Konservasi Energi (EBTKE), Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Eniya Listiani Dewi, saat menjadi pembicara kunci dalam acara Katadata Sustainability Action For The Future Economy (SAFE) 2024, di Jakarta Kamis (8/8).
Button AI Summarize

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral saat ini telah melakukan kajian awal untuk implementasi biodiesel 50% atau B50. Direktur Jendral Energi Baru Terbarukan Konservasi Energi (EBTKE), Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Eniya Listiani Dewi, mengatakan kemungkinan terdapat sejumlah perbedaan kandungan antara B50 dengan B35 dan B40.

"Kita harapkan nanti sebelum Oktober kita sudah punya hasil studi B50," ujar Eniya dalam dalam acara Katadata Sustainability Action For The Future Economy (SAFE) 2024, Kamis (8/8).

Namun demikian, Eniya mengatakan, terdapat sejumlah tantangan dalam implementasi B50. Pasalnya, Indonesia masih kekurangan sekitar 4 juta kiloliter (kl) minyak kelapa sawit mentah atau crude palm oil (CPO) jika ingin mengimplementasikan B50. 

Sebagai informasi, biodiesel yang digunakan di Indonesia merupakan campuran dari Fatty Acid Methyl Esters (FAME) dan solar. Komposisi untuk B35 terdiri dari 35% FAME dan 65% solar. Sementara komposisi B40 nantinya terdiri dari 40% FAME dan 60% solar, Adapun FAME menggunakan bahan baku CPO.

Eniya mengatakan, komposisi B50 kemungkinan akan berbeda dengan B35 dan B40 imbas kekurangan bahan baku CPO tersebut. B50 kemungkinan tidak akan menggunakan komposisi 50% FAME dan 50% solar, melainkan menggunakan tambahan campuran lain.

Selain itu, Eniya juga akan berkoordinasi dengan kementerian lain untuk menambah pasokan CPO. Salah satunya dengan Kementeria Pertanian untuk menggenjot produksi sawit.

"Skenario-skenarionya juga lagi dikaji. Jadi apakah dengan ekspornya dikurangin, lalu harganya juga bisa lebih tinggi, bisa nutup tetap subsidi-nya, ini sedang dikaji oleh Kementerian Pertanian," ucapnya.

Dia mengatakan, pemerintah juga tengah berupaya menggenjot produksi biodiesel.  Pasalnya, saat ini hanya 23 industri yang aktif memproduksi biodiesel dari 34 yang terdaftar di Kementerian ESDM. Guna mencapai kekurangan produksi yang ada, Kementerian ESDM berusaha untuk memaksimalkan kapasitas produksi 23 industri yang telah terdaftar.

Implementasi B40 Mulai  Januari 2025

Sementara itu, Eniya memastikan implementasi biodiesel 40% atau B40 dilaksanakan mulai 1 Januari 2025. Progres implementasi tersebut saat ini sudah mencapai 50%.

Eniya mengatakan, pemerintah telah selesai melakukan uji coba B40 pada sektor otomotif. Sementara uji coba lima sektor lainnya yaitu  alat dan mesin pertanian (alsintan), alat berat pertambangan, kereta api, pembangkit listrik, serta angkutan laut akan rampung pada Desember 2024.

Saat ini, Eniya mengatakan, pemerintah tengah mempersiapkan mandatori untuk implementasi B40. Pemerintah juga telah berkomunikasi dengan produsen biodiesel di Indonesia.

"Kemarin sudah ada izin untuk mandatori B40 itu Januari 2025. Jadi sekarang saya sudah persiapkan untuk mandatori B40 dalam dua bulan kedepan," ujar Eniya.

Eniya mengatakan, pemerintah sudah berhasil mengimplementasikan B35. Hingga Agustus 2025, konsumsi B35 bahkan sudah mencapai mencapai target lebih dari 50%.

"Konsumsi perlu didorong lebih lagi karena target di akhir tahun mungkin tidak 100 persen tapi 90 persen. Kita pengen dorong lebih lagi pemanfaatanya," ujarnya.

Reporter: Djati Waluyo

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...