Kementerian ESDM Kebut Pembangunan Pembangkit EBT 18,7 GW hingga 2030

Image title
4 September 2024, 15:57
Petugas memeriksa panel surya di Masjid Istiqlal, Jakarta, Senin (26/8/2024).
ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga/rwa.
Petugas memeriksa panel surya di Masjid Istiqlal, Jakarta, Senin (26/8/2024).
Button AI Summarize

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengejar target pembangunan energi baru terbarukan sebesar 18,7 GW hingga 2030, sesuai dengan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) Hijau PLN.

Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM, Jisman Hutajulu, mengatakan total pengembangan sektor ketenagalistrikan dalam dokumen RUPTL Hijau 2021-2030 PLN sekitar 41GW. Dari jumlah tersebut, sebanyak 21 GW atau 52 persen proyek merupakan pembangkit EBT.  

"Telah ada 12 GW proyek pembangkit yang telah selesai, sedangkan sisanya sebesar 18,7 GW proyek masih dalam tahap perencanaan," ujar Jisman dalam keterangan, Rabu (4/9). 

 Jisman mengatakan, proyek pengembangan listrik hijau berbasis energi baru terbarukan (EBT) ini merupakan sebuah kesempatan bagi investasi luar negeri untuk berkontribusi lewat skema Independent Power Producer (IPP) atau kontraktor Engineering, Procurement and Construction (EPC). 

 "Pembangkit EBT yang dapat dikembangkan terdiri dari PLTA 7 GW, PLTS 4,4 GW, PLTP 2,2 GW dan sisanya 2,3 GW pembangkit EBT lainnya. Total kebutuhan investasi diperlukan sebesar US$ 28 miliar," ujarnya.

Dia mengatakan, pemerintah dan PLN saat ini juga sedang membahas target pengembangan pembangkit EBT yang baru. Pengembangan tersebut akan meningkatkan target kapasitas EBT dari 21 GW menjadi 33 GW di dalam Draft RUPTL yang baru. Dengan demikian, bauran EBT diharapkan dapat meningkat dari 52% menjadi 76% pada 2060.

 Berdasarkan proyeksi normal, Jisman mengatakan, permintaan listrik saat ini akan meningkat sampai 72 GW di 2033. Proyeksi tersebut mengalami peningkatan lewat penambahan permintaan baru yang signifikan dari Industri Smelter dan Data Center. 

 Hal tersebut berdampak pada peningkatan peningkatan di Pulau Jawa yang umumnya tumbuh sebesar 1 GW per tahun berubah menjadi 3 GW per tahun.

 "Untuk memenuhi demand tersebut, kita membutuhkan percepatan pengembangan pembangkit EBT yang masif. Kita memiliki potensi EBT yang besar lewat tenaga surya, bioenergi, angin, dan panas bumi dengan total 1.233 GW di Sumatera dan 518 GW di Kalimantan," ungkapnya.

Jisman mengatakan, penyediaan listrik berbasis EBT masih terdapat kendala dalam pengembangan karena sumber-sumber EBT berada di Pulau Sumatera, sementara pelanggan listrik terbanyak berada di luar Pulau Sumatera.

Reporter: Djati Waluyo

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...