Airlangga Sebut PLTSa dan Panas Bumi Jadi Incaran Investor Global

Image title
24 September 2024, 13:06
Petugas melakukan pengecekan mesin Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) Putri Cempo saat peresmian di Solo, Jawa Tengah, Senin (30/10/2023). PLTSa Putri Cempo Solo yang merupakan program strategis nasional (PSN) tersebut resmi beroperasi dan akan meng
ANTARA FOTO/Maulana Surya/Spt.
Petugas melakukan pengecekan mesin Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) Putri Cempo saat peresmian di Solo, Jawa Tengah, Senin (30/10/2023). PLTSa Putri Cempo Solo yang merupakan program strategis nasional (PSN) tersebut resmi beroperasi dan akan menghasilkan kapasitas energi listrik berbasis sampah sebesar 8 MegaWatt (MW) sekali produksi dengan kebutuhan sebanyak 545 ton sampah mentah setiap hari.
Button AI SummarizeBuat ringkasan dengan AI

Menteri Koordinator bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, mengatakan banyak lembaga di dunia yang menyediakan anggaran cukup besar untuk pendanaan yang bersifat berkelanjutan atau pendanaan hijau.

"Green Economy ini juga ada pendanaan yang disediakan oleh Amerika Serikat dan Investment Banking. Sementara Jepang ada yang namanya Just Energy Transition Partnership (JETP)," ujar Airlangga dalam acara "Green Initiative Confrence 2024", di Jakarta, Selasa (24/9).

Airlangga menyebut, Indonesia telah menyiapkan beberapa inisiatif untuk mendapatkan pendanaan dari beberapa negara dan lembaga pendanaan internasional yang fokus pada lingkungan. Beberapa negara dan lembaga pendanaan internasional berminat untuk menanamkan dananya di Indonesia.

"Mereka sangat minat adalah geotermal, yang kedua adalah pembangkit listrik tenaga sampah (PLTSa)," ujarnya.

Airlangga mengatakan, sampai dengan saat ini Indonesia baru memiliki satu proyek PLTSa. Menurut dia, terdapat beberapa tantangan dalam mengembangkan proyek PLTSa di Indonesia salah satunya adalah terkait dengan biaya penanganan sampah.

"Tipping fee yang menjadi kewajiban pemerintah daerah jadi tantangan ataupun menjadi persoalan yang harus diselesaikan," ujarnya.

Selain mengenai biaya penanganan sampah, permasalahan lainya adalah mengenai kesepakatan harga antara pembangkit listrik dengan pembeli yaitu PT PLN.

"Kemudian perjanjian kontrak yang diambil oleh PLN yang tentunya akan lebih mahal daripada brown energy. Jadi ini beberapa tantangan yang harus diselesaikan," ucapnya.

Reporter: Djati Waluyo

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...