IESR: Ekspor Listrik Bisa Dongkrak Kapasitas Penyimpanan Energi Hingga 1000 Kali

Image title
15 Oktober 2024, 17:30
Petugas memeriksa panel surya di Masjid Istiqlal, Jakarta, Senin (26/8/2024). Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkapkan bahwa kuota PLTS atap untuk tahun ini hampir h
ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga/rwa.
Petugas memeriksa panel surya di Masjid Istiqlal, Jakarta, Senin (26/8/2024). Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkapkan bahwa kuota PLTS atap untuk tahun ini hampir habis, dari kuota total 901 MW hanya tersisa sekitar 60-90 MW.
Button AI SummarizeBuat ringkasan dengan AI

Institute for Essential Services Reform (IESR) menilai skema ekspor listrik ke Singapura dapat menjadi jalan masuk mempercepat sistem penyimpanan energi atau energy storage system (ESS)  dan Battery ESS (BESS) di Indonesia. Pengembangan skema tersebut diperkirakan meningkatkan kapasitas penyimpanan energi terpasang di Indonesia hingga 1.000 kali lipat, dengan kapasitas total mencapai 33,7 Gigawatt hours (GWh) pada 2030.

Hal itu tercantum dalam Laporan Indonesia Solar Energy Outlook (ISEO) 2025. Penulis ISEO 2025 sekaligus Analis Ketenagalistrikan dan Energi IESR, Alvin Putra Sisdwinugraha, mengatakan

Koordinator Grup Riset Sumber Daya Energi dan Listrik IESR, His Muhammad Bintang, mengatakan Indonesia membutuhkan penyimpanan energi dengan kapasitas 60, 2 gigawatt (GW). Hal itu mempertimbangkan proyeksi pertumbuhan tenaga surya yang mencapai 421 GW dan angin yang mencapai 94 GW pada 2060. Dua pembangkit tersebut diperkirakan mencapai 77 persen dari total kapasitas pembangkit terpasang.

"IESR menilai bahwa Indonesia masih berada dalam tahap awal adopsi penyimpanan energi sehingga diperlukan strategi yang komprehensif untuk mempercepat pengembangan ekosistem penyimpanan energi," ujar Bintang dalam keterangan tertulis yang diterima, Selasa (15/10).

Bintang mengatakan, penggunaan penyimpanan energi masih menjadi tantangan seiring lambatnya kemajuan pengembangan energi terbarukan, khususnya dari pembangkit variabel seperti PLTS dan PLTB.

Menurutnya, Indonesia belum memiliki sistem penyimpanan energi skala besar yang beroperasi. Perkembangan teknologi sistem penyimpanan energi skala kecil dipelopori oleh sektor swasta dan diikuti oleh perusahaan utilitas negara. Berdasarkan penelusuran IESR, kapasitas total penyimpanan tersebut hanya berkisar 25 MWh.

Untuk itu, IESR mendorong pemerintah Indonesia untuk mempercepat penggunaan penyimpanan energi. Pertama yaitu dengan memperbaiki kerangka kerja peraturan dan menetapkan kepastian hukum untuk memberikan kompensasi yang sepadan bagi pengembang ESS, mengurangi risiko pengembangan, dan meningkatkan kepercayaan investor.

Kedua, mengembangkan infrastruktur dan teknologi sistem penyimpanan energi melalui pelaksanaan proyek percontohan untuk menguji berbagai opsi teknologi ESS, dan membangun ekosistem teknologi penyimpanan dan peta jalan riset dan pengembangan.

Ketiga, meningkatkan aspek ekonomi proyek penyimpanan energi. Keempat, memastikan praktik penambangan dalam rangka pengembangan industri dalam negeri yang bertanggung jawab dan mempersiapkan model bisnis daur ulang serta penggunaan kembali baterai.

Reporter: Djati Waluyo

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...