Butuh Dana Jumbo, Prabowo Tawarkan Proyek EBT 75 GW ke Investor Global
Perwakilan khusus Indonesia dalam perhelatan Conference of the Parties (COP) 29, Hashim Djojohadikusumo, Presiden Prabowo Subianto akan menawarkan program membangun pembangkit energi baru terbarukan sebesar 75 gigawatt (GW) kepada investor asing. Pembangunan proyek energi bersih tersebut membutuhkan dana sebesar US$ 235 miliar atau setara dengan Rp 3.709 triliun.
Hashim mengatakan akan ada program baru yang ditawarkan oleh Presiden Prabowo dan pemerintahannya kepada dunia. Salah satunya adalah program penambahan pembangkit listrik sebesar 100 gigawatt yang akan diterapkan oleh pemerintah dalam 15 tahun ke depan.
"Dimana 75% atau 75 gigawatt akan berasal dari energi baru terbarukan yang memerlukan investasi sebesar 235 Miliar USD,” ucap Hashim pada sambutannya sekaligus membuka Paviliun Indonesia di COP 29, Baku Azerbaijan, Senin (11/11) dikutip dari keterangan tertulis PLN.
Investasi tersebut dibutuhkan untuk mewujudkan komitmen Presiden Prabowo Subianto dalam menjalankan semua target presiden pendahulunya, khususnya terkait dengan program transisi energi.
Selain pembangkit EBT, Hashim juga menyampaikan komitmen lain Indonesia yaitu mereduksi emisi karbon lewat implementasi Carbon Capture and Storage (CCS). Pemerintah Indonesia dalam hal ini siap bekerja sama dengan perusahaan multinasional dan pihak lain yang berniat untuk berinvestasi di sektor tersebut.
”Kita diberkahi dengan jumlah besar saline aquifer di seluruh kepulauan, baik di darat maupun di lepas pantai, dan kami memperkirakan bahwa kami memiliki kapasitas penyimpanan karbon sebesar 500 gigaton,” ujarnya.
Saline aquifer atau akuifer salin adalah formasi geologi yang terdiri dari batuan permeabel yang jenuh dengan air garam. Akuifer salin dapat digunakan untuk menyimpan karbon dioksida (CO2) dalam jumlah besar untuk mengurangi emisi CO2 dari pembangkit listrik berbahan bakar karbon.
Untuk itu, Pemerintah Indonesia akan menyambut baik pihak internasional untuk berpartisipasi dalam mengatasi pemanasan global. Pasalnya dampak dari pemanasan global yang terjadi di Indonesia pada akhirnya juga akan dirasakan oleh masyarakat di seluruh belahan dunia.
"Kami akan memulai program ini, yang akan memakan waktu bertahun-tahun. Kami tidak bisa melakukannya dalam semalam. Ini akan membutuhkan pendanaan, teknologi, dan ilmu pengetahuan," ujarnya.
PLN Perluas Kolaborasi
Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo, memastikan PLN akan melaksanakan penambahan pembangkit yang direncanakan oleh Pemerintah Indonesia dalam mencapai swasembada energi berkelanjutan. Guna memperlancar upaya yang direncanakan oleh pemerintah, PLN saat ini tengah menyiapkan peta jalan serta terus meluaskan kolaborasi dengan mitra lokal dan global.
“Sebagai tulang punggung ketahanan energi nasional, PLN optimistis Indonesia dapat mencapai target ini dengan strategi peralihan menuju energi terbarukan dan pengembangan berkelanjutan yang terus-menerus,” ujar Darmawan.
Selain itu, PLN juga telah merancang Green Enabling Transmision Line untuk mengevakuasi listrik hijau dari sumber EBT yang mayoritas berada di wilayah terisolir. Rencananya, transmisi tersebut akan membentang sepanjang 70 ribu kilometer yang akan menghubungkan pulau-pulau di Indonesia dan mengevakuasi listrik bersih ke pusat permintaan di perkotaan.
Darmawan mengatakan PLN juga akan meningkatkan kapasitas pembangkit listrik berasal dari EBT dan memanfaatkan seluruh potensi energi bersih yang saat ini dimiliki oleh Indonesia.
"PLN juga berkomitmen pada pengembangan infrastruktur pendukung, seperti transmisi listrik yang pintar, sistem kendali pintar, distribusi pintar, serta sistem penyimpanan energi baterai untuk mendukung pemanfaatan energi terbarukan," ujarnya.