Hashim Adik Prabowo Pasang Badan di Program 75 GW Pembangkit Energi Terbarukan

Martha Ruth Thertina
15 November 2024, 10:59
Utusan Khusus Presiden pada Konferensi PBB di Bidang Perubahan Iklim COP29 Hashim Djojohadikusumo berpidato saat pembukaan Paviliun Indonesia di COP29, Baku, Azerbaijan, Senin (11/11/2024). Hashim berbicara soal program hijau Prabowo dari mulai pengembang
ANTARA FOTO/Andika Wahyu/rwa.
Utusan Khusus Presiden pada Konferensi PBB di Bidang Perubahan Iklim COP29 Hashim Djojohadikusumo berpidato saat pembukaan Paviliun Indonesia di COP29, Baku, Azerbaijan, Senin (11/11/2024). Hashim berbicara soal program hijau Prabowo dari mulai pengembangan energi terbarukan hingga reforestasi.
Button AI SummarizeBuat ringkasan dengan AI

Baku, Azerbaijan – Presiden Prabowo Subianto mempunyai program ambisius pembangunan pembangkit listrik energi terbarukan 75 gigawatt dalam 15 tahun. Bos Arsari Group yang juga adik kandung Prabowo, Hashim Djojohadikusumo menyatakan kemauan terlibat dalam merealisasikan program tersebut. Arsari Group memiliki bisnis utama di bidang pertambangan mineral dan migas, serta perkebunan.

“Saya berharap, saya akan berperan besar di bidang energi terbarukan,” kata Hashim lantang dalam sesi wawancara di Baku, Rabu, 13 November. Ini merespons pertanyaan Katadata soal apakah dia sebagai Bos Arsari dan Ketua Dewan Penasehat Kamar Dagang Industri alias Kadin Indonesia akan membantu realisasi program tersebut. Adapun Hashim berada di Baku karena mendapat mandat dari abangnya untuk menjadi Utusan Khusus Presiden dalam Konferensi PBB di bidang perubahan iklim COP29.

Kebutuhan dana untuk program penambahan pembangkit listrik energi terbarukan 75 GW mencapai US$ 235 miliar atau sekitar Rp 3.700 triliun. Biaya fantastis itu paling besar untuk kabel transmisi antarpulau sepanjang 70.000 kilometer. Kabel transmisi ini untuk menyalurkan listrik dari pembangkit energi terbarukan yang nantinya tersebar di berbagai wilayah di Indonesia ke kantong-kantong permintaan listrik.

Hashim menjelaskan, telah berpengalaman 30 tahun di bidang energi, termasuk kelistrikan. Pada 1992, ia ikut mendirikan perusahaan penyedia listrik swasta (IPP) pertama di Indonesia yaitu PT Paiton Energy yang kemudian membangun Pembangkita Listrik Tenaga Uap (PLTU) berbahan bakar batubara Paiton 1 di Probolinggo, Jawa Timur. Mengacu pada pemberitaan Reuters tahun 1995, IPP tersebut dulunya dipegang konsorsium yang terdiri dari Batu Hitam Perkasa milik Hashim, Mitsui & co, dan General Electric. “Jadi saya cukup mengenal dan menguasai urusan listrik,” ujarnya.

Saat ini, Paiton Energi mengoperasikan tiga PLTU batubara di Probolinggo. Mengacu pada situs perusahaan, total kapasitas pembangkit milik Paiton Energi sebesar 2.045 megawatt atau enam persen dari total kapasitas listrik terpasang di Pulau Jawa. Pembangkit-pembangkit ini mampu menghasilkan listrik sekitar 13,5 Gigawatt hour per tahun yang bisa memenuhi sekitar 10 persen konsumsi tahunan listrik di Pulau Jawa. Pemegang saham terkini Paiton Energi adalah Medco Daya Abadi Lestari milik Arifin Panigoro, Ratch Group Publik yang adalah anak usaha Mitsui & co, dan Nebras Power Investment Management B.V.

Dalam kesempatan berbeda di Baku, Hashim menjelaskan pendanaan tidak akan hanya dari anggaran negara. “Karena kita semua tahu anggaran negara cukup terbatas. Kami akan mengundang pihak yang berkepentingan,” ujarnya. Negara disebut-sebut hanya mampu mendanai sekitar 30 persen dari kebutuhan ribuan triliun tersebut.

Liputan khusus COP 29 Azerbaijan ini didukung oleh:

Logo sponsor

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...