Kementerian ESDM Minta PLN Fokus Kembangkan SPKLU di Luar Kota Besar

Ringkasan
- Kementerian ESDM meminta PLN tidak lagi mengembangkan SPKLU di kota besar, melainkan mendistribusikannya secara merata ke seluruh wilayah Indonesia.
- Tujuannya adalah memperluas jangkauan kendaraan listrik ke luar kota dan mengurangi ketergantungan pada BBM impor.
- Pengembangan SPKLU oleh pihak swasta didorong dengan syarat harus membangun di wilayah yang belum memiliki banyak SPKLU.

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), meminta PT PLN (Persero) untuk tidak lagi mengembangkan stasiun pengisian kendaraan listrik umum (SPKLU) di kota-kota besar. Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM, Jisman P. Hutajulu, berharap PLN dapat mengembangkan SPKLU secara merata di seluruh wilayah Indonesia.
“Saya juga sudah minta, tempat yang enak-enak, tidak usah PLN ikut. Jadi kita harap PLN tidak ikut-ikutan yang di kota-kota,” ujar Jisman dalam webinar, di Jakarta, Selasa (18/2).
Jisman mengatakan, hal tersebut dilakukan agar perkembangan kendaraan listrik tidak hanya terjadi di kota-kota besar saja dan tersebar di seluruh wilayah Indonesia.
“Supaya putaran ya jalur dari kendaraan listrik ini lebih leluasa, dan orang mau beli kendaraan listrik itu bukan hanya di dalam kota, tapi juga bisa dibawa luar kota,” ujarnya.
Ia mengatakan,pemerintah mendorong agar pengusaha atau swasta dapat masuk mengembangkan SPKLU di perkotaan. Meski begitu, ia juga memberikan syarat kepada pengusaha untuk tetap mengembangkan SPKLU di wilayah yang belum terlalu banyak kendaraan listriknya.
“Misalnya, kalau di Jakarta bangun lima, ya harus di daerah itu ada satu, gitu ya,” ucapnya.
Jisman mengatakan rencana tersebut dilakukan untuk mengejar target pemasangan SPKLU di Indonesia sebanyak 63 ribu unit dan mendukung pertumbuhan kendaraan listrik yang diproyeksikan mencapai 943 ribu unit roda empat pada 2030. Dengan adanya peningkatan jumlah SPKU, ia berharap penggunaan bahan bakar minyak (BBM) yang sebagian besar masih diimpor dapat ditekan.
“Menghemat penggunaan BBM, kita bisa menghemat 66 ribu barel per hari,” katanya.
Seperti diketahui, saat ini konsumsi BBM nasional mencapai 1,4 juta barel per hari, sementara produksi minyak domestik hanya sekitar 600 ribu barel per hari. Kondisi tersebut membuat Indonesia mengalami ketergantungan impor sekitar 900 ribu sampai 1 juta barel per hari.