Hashim: Sudah Ada Empat Negara Tertarik Investasi Energi Hijau Lewat Danantara

Patricia Yashinta Desy Abigail
27 Februari 2025, 17:42
Utusan Khusus Presiden Bidang Iklim dan Energi Hashim Djojohadikusumo di acara Indonesia Green Investment Dialogue yang digelar oleh Kadin dan Katadata Green, Kamis (27/2/2025).
Katadata
Utusan Khusus Presiden Bidang Iklim dan Energi Hashim Djojohadikusumo di acara Indonesia Green Investment Dialogue yang digelar oleh Kadin dan Katadata Green, Kamis (27/2/2025).

Ringkasan

  • Empat negara, yaitu Inggris, Cina, India, dan Brazil tertarik berinvestasi energi hijau di Indonesia melalui BP Danantara. Beberapa perusahaan dari Brazil dan Inggris juga tertarik berpartisipasi dalam pasar karbon dan kredit karbon di Indonesia.
  • Indonesia optimis memimpin pasar karbon global dengan langkah strategis yang telah diambil dan pemanfaatan sumber daya alam. Investasi internasional dan pengembangan solusi berbasis alam diharapkan menciptakan ekonomi hijau berkelanjutan.
  • Pemerintah berencana merevisi Perpres terkait bursa karbon untuk mengakomodir perdagangan karbon berbasis kehutanan dan konservasi. Standar verifikasi global seperti Vera dan Gold Standard akan digunakan.
! Ringkasan ini dihasilkan dengan menggunakan AI
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Utusan Khusus Presiden Bidang Iklim dan Energi, Hashim Djojohadikusumo, mengatakan sudah ada empat negara yang tertarik investasi energi hijau melalui Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara atau disebut BP Danantara. Negara tersebut adalah Inggris, Cina, India hingga Brazil.

"Pemerintah Indonesia melalui Danantara akan dapat melakukan investasi bersama dengan calon investor dari luar negeri. Ada banyak dalam berbagai perjalanan saya ke Beijing, dan kemudian perjalanan terakhir adalah ke New Delhi," kata Hashim dalam acara Indonesia Green Energy Investment Dialogue 2025 oleh Kadin Indonesia bersama Katadata Green di Hotel St. Regist, Jakarta, Kamis (27/2).

Selain itu, Hashim mengungkapkan sejumlah perusahaan Brazil dan Inggris menunjukkan ketertarikan besar untuk berpartisipasi dalam pasar karbon dan kredit karbon.

"Bukan hanya untuk investasi di sektor hijau, tetapi juga untuk berpartisipasi aktif dalam pasar karbon dan kredit karbon," tutur Hashim.

Dia optimistis Indonesia memiliki masa depan cerah dalam mengembangkan sektor hijau dan pasar karbon. Indonesia siap memimpin pasar karbon global setelah mengambil langkah-langkah strategis yang telah diambil, termasuk pengakuan lembaga internasional dan pemanfaatan sumber daya alam, .

Dengan investasi internasional yang masuk dan pengembangan solusi berbasis alam, Hashim berharap Indonesia dapat menciptakan ekonomi hijau yang berkelanjutan dan memberikan manfaat bagi masyarakat luas.

Hashim mengatakan, pemerintah juga berencana merevisi Peraturan Presiden terkait bursa karbon untuk mengakomodir perdagangan karbon di sektor yang berbasis kehutanan dan konservasi. Kementerian Kehutanan dan Kementerian Lingkungan hidup sudah merekomendasikan untuk membuka kembali perdagangan karbon berbasis nature-based solution. Apalagi para pembeli memang lebih tertarik pada kredit karbon dari proyek konservasi. 

“Butuh waktu beberapa bulan untuk merevisi Perpres bursa karbon. Saya cukup optimistis soal ini,” katanya.

Hashim mengatakan sejumlah perusahaan asal Inggris sudah menyatakan ketertarikannya di sektor pasar karbon di Indonesia. Guna mengakomodir hal tersebut, pemerintah sudah sepakat untuk menggunakan standar verifikasi global seperti Vera dan Gold Standard yang juga sudah diakui oleh negara-negara di Asia.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Patricia Yashinta Desy Abigail

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...