Pertamina NRE Prioritaskan Proyek Geothermal untuk Terima Pembiayaan Danantara

Image title
11 Maret 2025, 12:45
Pekerja memeriksa pipa Pembangkit Listrik Tenaga Panas bumi (PLTP) di Pertamina Geothermal Energy (PGE) Area Karaha, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, Selasa (29/10/2024). Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat hingga tahun 2024, real
ANTARA FOTO/Adeng Bustomi/aww.
Pekerja memeriksa pipa Pembangkit Listrik Tenaga Panas bumi (PLTP) di Pertamina Geothermal Energy (PGE) Area Karaha, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, Selasa (29/10/2024). Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat hingga tahun 2024, realisasi dana bonus produksi dari lapangan panas bumi di Indonesia mencapai angka yang signifikan, yaitu lebih dari Rp950 miliar sejak tahun 2015 dan telah memberikan dampak nyata bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Pertamina New and Renewable Energi (PNRE) menyiapkan proyek pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) atau geothermal menjadi prioritas perusahaan untuk mendapatkan pendanaan dari Badan Pengelolaan Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara).

 Direktur Utama PNRE, John Anis, mengatakan proyek tersebut dimasukkan karena merupakan pembangkit yang dapat beroperasi 24 jam, berbeda dengan beberapa pembangkit lainnya yang sifatnya intermitten atau berjeda. Hal itu memungkinkan gethermal bisa dijadikan sebagai base load atau beban dasar yaitu jumlah minimum daya listrik yang dibutuhkan selama periode waktu tertentu.

“Karena geothermal itu sudah jelas bisa menjadi base load,” ujar John saat ditemui di Jakarta, Senin (11/3).

John mengatakan saat ini perusahaan memiliki beberapa program yang siap untuk menerima pendanaan dari program BPI Danantara di bidang PLTP. Pemilihan PLTP sebagai proyek yang akan diajukan oleh perusahaan untuk menerima pendanaan dikarenakan beberapa faktor. Salah satunya adalah kesiapan dan sifat dari PLTP yang dapat berproduksi secara terus menerus.

Sedangkan beberapa proyek lainya seperti hidrogen dan pembangkit listrik tenaga air (PLTA) dinilai tidak cocok dijadikan base load dikarenakan beberapa faktor. Hidrogen tidak cocok karena ada masalah keekonomian yang belum tercapai atau harga yang masih mahal.

Sedangkan untuk pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) tidak cocok karena hanya bisa beroperasi dikala ada matahari. Sementara itu, PLTA diperlukan waktu yang cukup panjang untuk membangun sebuah pembangkit.

Meski begitu, ia mengatakan perusahaan masih sanggup mendanai proyek-proyek transisi energinya tanpa suntikan dana dari Danantara, termasuk untuk proyek PLTP.

 “Tapi kalau misalkan perlu pendanaan lebih besar, ya pastinya kami akan lari ke Danantara,” ungkapnya.

 John mengatakan, untuk membangun seluruh proyek yang akan dilaksanakan perusahaan pada 2029-2030, PNRE setidaknya membutuhkan pendanaan sekitar US$ 6 miliar. Namun kebuthan dana tersebut masih bersifat proyeksi sehingga besarannya bisa dinamis.

Reporter: Djati Waluyo

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...