Biaya Produksi Tinggi Jadi Tantangan Pengembangan Hidrogen Hijau di Indonesia


Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR), Fabby Tumiwa, mengatakan harga yang tinggi menjadi salah satu tantangan terbesar dalam mengembangkan hidrogen hijau di Indonesia. Biaya produksi hidrogen hijau berkisar antara USD 3,8-12 per kilogram atau empat kali lebih mahal dibandingkan hidrogen abu-abu dari gas alam.
“Untuk mendorong pemanfaatan hidrogen hijau, maka harganya harus diturunkan dalam lima tahun mendatang,” ujar Fabby dalam keterangan tertukis yang diterima, Kamis (27/3).
Fabby mengatakan terdapat tiga faktor yang akan meningkatkan daya saing hidrogen hijau salah satunya adalah teknologi produksi hidrogen hijau yang semakin berkembang. Sebagai contoh, pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) dan pembangkit listrik tenaga bayu (PLTB) yang semakin murah harga listriknya, serta teknologi elektrolisis, sehingga menurunkan harga hidrogen hijau.
Faktor lainya adalah investasi global di industri hidrogen hijau terus meningkat setiap tahunnya. Pada 2020, sekitar 102 proyek hidrogen bersih global mencapai keputusan investasi final, dengan nilai sekitar US$ 10 miliar. Kemudian pada 2024, investasi meningkat menjadi 434 proyek dengan nilai USD$ 75 miliar.
“Hidrogen hijau memberikan manfaat ekonomi, seperti penciptaan lapangan kerja dan meningkatkan ketahanan energi. Selain dapat menggantikan gas dan batu bara sebagai sumber energi hidrogen juga berpotensi menjadi komoditas ekspor dan berkontribusi pada devisa negara,” ujarnya.
Fabby meyakini, pengembangan hidrogen hijau dapat mendorong pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan rendah emisi. Hal itu didukung potensi energi terbarukan Indonesia yang mencapai lebih dari 3.686 GW dan target mencapai dekarbonisasi pada 2050,
Berdasarkan kajian terbaru IESR, potensi proyek energi terbarukan yang dapat dikembangkan dan layak secara finansial sebesar 333 GW. Potensi proyek pembangkit energi terbarukan layak yang tersebar di seluruh Indonesia dapat dimanfaatkan untuk memproduksi hidrogen hijau jika listriknya tidak dapat diserap oleh PLN.
“Pemerintah diharapkan menetapkan target pengembangan hidrogen hijau dalam lima tahun mendatang dengan sasaran peningkatan produksi dan penciptaan pasar, serta target menurunkan biaya produksi hidrogen hijau di bawah USD 2/kg. Pencapaiannya harus didukung oleh kerangka kebijakan dan insentif fiskal dan finansial untuk produksi dan pengguna hidrogen hijau,” ucapnya.