Raksasa Tambang dan Energi Global Berlomba-lomba Garap Hidrogen Alami


Semakin banyak perusahaan pertambangan hingga raksasa energi global yang berlomba-lomba menggarap hidrogen alami. Hal ini terjadi seiring dengan semakin meningkatnya perbincangan mengenai potensi sumber daya yang berpotensi mengubah lanskap energi global.
Hidrogen alami, yang kadang-kadang dikenal sebagai hidrogen putih atau hidrogen geologis, merujuk pada gas hidrogen yang ditemukan dalam bentuk alaminya di bawah permukaan bumi. Sumber daya yang telah lama diabaikan ini pertama kali ditemukan secara tidak sengaja di Mali hampir 40 tahun lalu. Hidrogen alami tidak mengandung karbon dan hanya menghasilkan air ketika dibakar.
Minat investor di sektor hidrogen alami yang baru berkembang ini semakin meningkat dalam beberapa bulan terakhir. Pada awalnya, pengembangan hidrogen alami didorong oleh perusahaan rintisan penelitian dan perusahaan eksplorasi junior.
Selama setahun terakhir atau lebih, beberapa pendukung mapan di sektor ini mencakup raksasa pertambangan Rio Tinto dan Fortescue dan raksasa energi milik Rusia Gazprom. Selain itu, divisi modal ventura dari perusahaan raksasa minyak Inggris BP dan dana investasi teknologi bersih Bill Gates, Breakthrough Energy Ventures, juga melirik hidrogen alami.
Upaya eksplorasi saat ini sedang berlangsung di beberapa negara di seluruh dunia. Menurut riset Rystad Energy, Kanada dan AS memimpin dalam hal jumlah proyek hidrogen alami dalam setahun terakhir.
Para analis memperkirakan tahun depan akan menjadi tahun yang penting. Para pelaku industri berharap kampanye eksplorasi mereka dapat segera menemukan gas yang sulit didapatkan tersebut.
Namun, tidak semua orang yakin tentang potensi energi bersih dari hidrogen alam, dengan para kritikus menyoroti masalah lingkungan dan tantangan distribusi. Sementara itu, Badan Energi Internasional telah memperingatkan ada kemungkinan sumber daya hidrogen alami "terlalu tersebar untuk ditangkap dengan cara yang ekonomis."
Perebutan Global untuk Emas Putih
Minh Khoi Le, Kepala Riset Hidrogen di Rystad Energy, mengatakan sulit untuk memprediksi apakah hidrogen alami dapat memenuhi janjinya pada tahun 2025.
“Saya kira tahun lalu adalah tahun di mana segalanya menjadi sangat menarik bagi ranah hidrogen alami karena saat itulah banyak perusahaan mulai merencanakan kampanye pengeboran, pengujian ekstraksi, dan kita mulai melihat beberapa pemain besar mulai terlibat juga,” kata Le kepada CNBC, melalui panggilan video, Senin (28/4).
Le menyebut kemajuan pengembangan hidrogen alami berjalan lambat. "Hanya ada beberapa perusahaan yang benar-benar mulai melakukan pengeboran,” kata dia.
Le dari Rystad, yang menggambarkan pengejaran hidrogen alami secara global sebagai “demam emas putih” tahun lalu, mengatakan meskipun tidak ada kemajuan besar selama 12 bulan terakhir, peningkatan minat investor dapat membantu memberikan hasil yang berarti.
"Sekarang, kita mulai melihat perusahaan-perusahaan mendapatkan investasi, sehingga mereka memiliki uang untuk mendanai kampanye pengeboran mereka. Jadi, jika kita ingin mendapatkan jawaban apakah hal ini akan berhasil, kita akan sampai pada kesimpulan itu sedikit lebih cepat tahun ini," kata Le.
Hidrogen telah lama disebut-sebut sebagai salah satu dari banyak sumber energi potensial yang dapat memainkan peran penting dalam transisi energi. Namun, sebagian besar hidrogen diproduksi menggunakan bahan bakar fosil seperti batu bara dan gas alam, sehingga menghasilkan emisi gas rumah kaca yang signifikan.
Hidrogen hijau, sebuah proses yang melibatkan pemisahan air menjadi hidrogen dan oksigen menggunakan listrik terbarukan, merupakan salah satu pengecualian dari pelangi warna hidrogen. Namun, pengembangannya terhambat oleh biaya yang melonjak dan lingkungan ekonomi yang menantang.
Eksplorasi Bahan Bakar Bersih Tanpa Emisi
HyTerra Australia mengumumkan investasi sebesar US$21,9 juta (Rp 367,02 miliar, kurs Rp 16.760 per US$) dari Fortescue pada Agustus tahun lalu. Dana tersebut akan digunakan untuk mendanai proyek eksplorasi yang lebih luas.
Juru bicara Fortescue, salah satu pengembang hidrogen hijau terkemuka, mengatakan dorongan mereka ke sektor hidrogen alami sejalan dengan komitmen strategis untuk mengeksplorasi bahan bakar tanpa emisi. Juru bicara Fortescue menyebut teknologi hidrogen menjadi peluang yang menjanjikan untuk mempercepat dekarbonisasi industri.
BP Ventures, perusahaan modal ventura BP, memimpin putaran pendanaan Seri A untuk perusahaan rintisan eksplorasi hidrogen alami yang berbasis di Inggris, Snowfox Discovery, pada awal tahun ini.
Perusahaan rintisan yang berbasis di Prancis, Mantle8, baru-baru ini menerima US$ 3,9 juta (Rp 65,36 miliar) dalam bentuk pendanaan awal dari para investor, termasuk Breakthrough Energy Ventures.
Eric Toone, Chief Technology Officer di Breakthrough Energy, mengatakan dana tersebut telah mendukung perusahaan-perusahaan seperti Mantle8 dan perusahaan rintisan yang berbasis di Amerika Serikat, Koloma. Ia menilai hidrogen alami memiliki potensi yang besar sehingga dapat membuka era baru energi bersih dan berasal dari dalam negeri.
"Hidrogen adalah energi kimia reaktif murni. Jika kita memiliki cukup hidrogen dan harganya cukup murah, kita bisa melakukan hampir semua hal," kata Toone kepada CNBC. Hidrogen alami bisa digunakan untuk membuat logam, bahan bakar, dan membuat makanan dengan emisi yang lebih kecil dibandingkan dengan bahan bakar konvensional.
Eksplorasi awal mengidentifikasi hidrogen alami di enam benua. "Tantangannya sekarang adalah mencari cara untuk mengekstraknya secara efisien, memindahkannya dengan aman, dan membangun sistem untuk memanfaatkannya," tambahnya.
Mantle8 yang berbasis di Grenoble, di kaki bukit pegunungan Alpen Prancis, menargetkan penemuan 10 juta ton hidrogen alami pada tahun 2030 untuk melengkapi tujuan Uni Eropa.
Hidrogen Alami Mengalihkan Fokus Dunia dari Hidrogen Hijau
Koalisi Sains Hidrogen yang merupakan sekelompok akademisi, ilmuwan, dan insinyur yang berusaha menghadirkan pandangan berbasis bukti tentang peran hidrogen dalam transisi energi, mengatakan eksplorasi hidrogen alami masih berada pada tahap embrio. Meski demikian, kemungkinan untuk menemukan penemuan besar hidrogen yang hampir murni yang dapat diekstraksi dalam skala besar terlihat “relatif kecil.”
"Sumur hidrogen satu-satunya di dunia yang berproduksi di Mali, misalnya, memasok hanya sebagian kecil dari output energi harian dari satu turbin angin,” Arnout Everts, seorang ahli geologi dan anggota Koalisi Ilmu Pengetahuan Hidrogen, dalam surat elektronik kepada CNBC. Ia memperkirakan perlu waktu puluhan tahun untuk mencapai produksi industri untuk hidrogen alami.
Pada akhirnya, Koalisi Ilmu Pengetahuan Hidrogen mengatakan bahwa pengejaran hidrogen alami berisiko mengalihkan fokus dari hidrogen terbarukan yang dibutuhkan untuk mendekarbonisasi industri saat ini.