PLTS Kini Jauh Lebih Murah dari Diesel, Solusi Listrik untuk Daerah Terpencil

Image title
29 April 2025, 15:36
Dua petugas PLN Indonesia Power UBP Bali memeriksa titik panel surya pada Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di Pulau Nusa Penida, Klungkung, Bali, Selasa (22/10/2024).
ANTARA FOTO/Nyoman Hendra Wibowo/foc.
Dua petugas PLN Indonesia Power UBP Bali memeriksa titik panel surya pada Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di Pulau Nusa Penida, Klungkung, Bali, Selasa (22/10/2024).
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Harga listrik yang dihasilkan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) kini jauh lebih murah dibandingkan dengan diesel. Dengan demikian, penggunaan PLTS kini jauh lebih murah untuk pemakaian di daerah terpencil yang selama ini mengandalkan pembangkit listrik tenaga diesel,

Ketua Masyarakat Konservasi dan Efisiensi Energi Indonesia (MASKEEI), Andhika Prastawa, mengatakan harga listrik yang dihasilkan PLTS dengan menggunakan teknologi penyimpanan baterai berada pada kisaran 8-10 sen US$ per kilowatt hour (KWh).

“Kalau mau diukur secara kasar, suatu PLTS membangun listrik itu sekarang bisa diangka 4 sen USD per kilowatt hour. Kalau ditambah baterai itu kira-kira ya 2 kali lipatnya, jadi sekitar 8-10 sen USD per kilowatt hour,” ujar Andhika dalam acara China International Energy Storage (EESA) Summit 2025, di Jakarta, Selasa (29/4).

 Andhika mengatakan tarif tersebut cukup menarik dan dapat bersaing dengan beberapa pembangkit listrik yang berbasis pada energi fosil seperti pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD). Sebagaimana diketahui, tarif listrik yang dihasilkan oleh PLTD di beberapa wilayah seperti di Maluku berada di angka US$ 40-50 sen per KWh atau jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan harga listrik yang berasal dari PLTS dengan teknologi baterai.

Meski begitu, Indonesia harus dapat mengembangkan industri baterai di dalam negeri untuk menghindari ketergantungan terhadap impor. Pasalnya, mayoritas teknologi baterai yang digunakan pada PLTS di Indonesia berasal dari Cina.

 Andhika mengatakan pembangunan industri baterai di dalam negeri selain mengurangi ketergantungan impor juga menjaga harga dari produk tersebut stabil.

 “Kalau pasar globalnya permintaan baterainya naik, tentu kan harganya bisa naik lagi ya,” ucapnya.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Djati Waluyo

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...