Tim Mercedes Sebut Bahan Bakar Berkelanjutan untuk F1 Lebih Mahal

Hari Widowati
5 Mei 2025, 07:05
Mercedes, F1, bahan bakar berkelanjutan
ANTARA FOTO/REUTERS/Albert Gea/WSJ/cf
Ilustrasi balap mobil F1
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Perpindahan balap mobil Formula 1 (F1) ke 100% bahan bakar yang berkelanjutan mulai musim depan terbukti jauh lebih mahal dari perkiraan. Hal tersebut diungkapkan oleh Kepala Tim Mercedes, Toto Wolff.

"Yang membuatnya begitu mahal adalah karena seluruh rantai pasokan dan kontribusi energinya harus ramah lingkungan," kata Wolff kepada wartawan di Grand Prix Miami, pada putaran keenam musim ini, seperti dikutip Reuters, Minggu (4/5).

Menurut Wolff, agar Formula 1 bisa mencapai semua itu, dibutuhkan spesifikasi bahan tertentu yang sangat mahal. "Jadi, kami perlu melihat apakah ada yang bisa kami sesuaikan untuk menurunkan harga (bahan bakar berkelanjutan) per liter," tuturnya.

Wolff mengatakan mitra bahan bakar Mercedes, Petronas, sepenuhnya berkomitmen secara teknis. Namun, Petronas juga sedang mencari tahu apakah perubahan regulasi dapat membuat bahan bakar berkelanjutan juga lebih berkelanjutan secara finansial.

Bos Red Bull, Christian Horner, setuju bahwa ada banyak biaya pengembangan yang terlibat dalam transisi menuju bahan bakar berkelanjutan. Akan tetapi, hal itu bukan masalah signifikan bagi timnya.

"Mungkin tingkatan tertentu harus diperkenalkan di masa depan. Tetapi bahan bakar berpotensi menjadi salah satu pembeda performa yang lebih besar. Perusahaan bahan bakar tampaknya sangat terlibat dalam hal itu," ujar Horner.

Formula 1 berencana untuk mencapai netralitas karbon pada tahun 2030. Rencana ini mencakup mobil di lintasan dan operasional olahraga pada akhir pekan balapan.

Mobil F1 Masih Harus Mengandalkan Teknologi Hibrida

Peter Windsor, mantan manajer tim balap yang memenangkan Kejuaraan Dunia F1 bersama Williams, menilai olahraga balap mobil F1 tidak punya pilihan lain. "Para pemain kunci Formula 1 sangat ingin melihat olahraga ini sejalan dengan keberlanjutan dan netralitas karbon," kata Windsor, seperti dikutip Chemistryworld, pada September 2024.

Arah baru ini jelas terlihat dalam perubahan peraturan terbaru, yang akan diperkenalkan pada 2026. Pembaruan utama pertama adalah tim harus memastikan mobil mereka menghasilkan 50% tenaga dari listrik. Ini merupakan lompatan besar dari komponen hibrida mereka saat ini, yang menghasilkan 120–350kW.

"Beralih ke elektrifikasi 50% adalah langkah yang sangat signifikan dalam pikiran Formula 1," kata Windsor.

Namun, seri ini tidak dapat mendorong balap listrik lebih jauh lagi. Pada 2011, badan pengatur motorsport, FIA, membuat konsep seri mobil listrik – Formula E – dan memberinya lisensi eksklusif untuk balap mobil listrik.

Seri saingan ini telah meningkatkan penyimpanan energi sedemikian rupa sehingga telah beralih dari menggunakan dua mobil per balapan menjadi menyelesaikan balapan penuh dengan energi yang tersisa. Formula E juga telah bercabang ke balap listrik off-road, yang telah menarik tim yang dijalankan oleh juara dunia Sir Lewis Hamilton dan Nico Rosberg.

Formula 1 telah mencoba alternatif bahan bakar hijau seperti hidrogen. Namun, teknologi ini belum siap untuk digunakan di arena balap mobil. Purwa rupa mobil balap seri bertenaga hidrogen di Le Mans 24 Hours telah ditunda hingga setidaknya tahun 2027. Windsor menyebut Formula 1 kini terjebak dalam situasi sulit karena harus tetap menggunakan mesin hibrida.

Menurutnya, ada batasan seberapa banyak tim dapat meningkatkan performa mesin mereka. Mobil F1 sudah memiliki mesin pembakaran internal paling efisien di planet ini. Mobil balap F1 beroperasi dengan efisiensi termal di atas 50%, lebih tinggi dibandingkan dengan mobil jalanan biasa yang hanya 30%.

Jika dikombinasikan dengan baterai yang lebih baik, teknologi ini memangkas jumlah bahan bakar yang dibutuhkan mobil untuk balapan dari 160 kg pada satu dekade lalu menjadi hanya 70 kg. Ini setara dengan tangki penuh pada mobil konvensional. Namun, itu masih belum cukup untuk mencapai tujuan olahraga ini.

Saat ini, mobil balap Formula 1 menggunakan bahan bakar E10, yang mengandung 10% etanol dan diproduksi dari tanaman seperti jagung. Kuota ini baru diperkenalkan pada tahun 2022. Di atas kertas, hal ini membuat F1 tertinggal dari para pesaingnya, misalnya Nascar di Amerika Serikat (AS) yang telah menggunakan etanol sebesar 15% sejak tahun 2011.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...