KCE, Air Liquide, dan HDF Energy Studi Pembangkit Hidrogen Berbasis Fuel Cell
PT Krakatau Chandra Energi (KCE) menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) dengan PT Air Liquide Indonesia (Air Liquide) dan HDF Energy untuk Joint Feasibility Study (JFS) terkait pemanfaatan hidrogen sebagai sumber energi pembangkit listrik berbasis teknologi fuel cell.
KCE merupakan anak usaha PT Chandra Daya Investasi Tbk (CDI Group) yang fokus untuk menyediakan tenaga listrik, jasa kelistrikan, dan energi baru terbarukan yang andal dan bersaing di Indonesia.
Kolaborasi antara KCE, Air Liquide, dan HDF Energy akan menggabungkan pengalaman dan keahlian masing-masing pihak. KCE akan berperan dalam aspek kelistrikan, sedangkan Air Liquide membawa kepemimpinannya sebagai pemimpin global di bidang gas industri, teknologi, dan layanan untuk sektor industri dan kesehatan.
Di dalam studi kelayakan ini, HDF Energy berkontribusi sebagai pengembang pembangkit listrik berbasis hidrogen sel berbasis bahan bakar (fuel cell) berskala besar. Inisiatif ini diharapkan dapat mendukung percepatan transisi energi Indonesia menuju masa depan yang lebih bersih dan berkelanjutan.
Studi kelayakan ini akan menganalisis secara komprehensif aspek teknis, komersial, dan lingkungan dari proyek Hydrogen to Power, dengan fokus pada pemanfaatan hidrogen sebagai sumber energi utama untuk menghasilkan listrik. Realisasi proyek ini akan menjadikan KCE sebagai pionir penyedia energi listrik untuk kawasan berbasis energi terbarukan dari hidrogen.
Mekanisme pemanfaatan hidrogen dengan teknologi sel berbasis bahan bakar mengubah energi kimia hidrogen menjadi listrik melalui reaksi elektrokimia yang menghasilkan listrik, panas, dan air sebagai satu-satunya emisi. Alhasil, hidrogen ini dapat menjadi solusi energi bersih yang ramah lingkungan.
Harry M. Tamin, Direktur Keuangan, SDM, dan Pengembangan Usaha KCE, mengatakan penandatanganan MoU ini merupakan inisiatif strategis KCE dalam mendukung agenda transisi energi nasional dan berpartisipasi mewujudkan keberlanjutan di kawasan industri.
"Kami menyambut baik kolaborasi bersama mitra global, yaitu Air Liquide dan HDF Energy, dalam mengembangkan pembangkit listrik berbahan bakar hidrogen pertama di kawasan ini," kata Harry dalam siaran pers, Senin (30/6).
Membidik Peluang Pasokan Energi untuk Kawasan Industri
Studi bersama ini akan menjadi langkah awal menuju pemenuhan kebutuhan energi kawasan industri secara berkelanjutan. Kerja sama ini juga membuka peluang untuk menjadikannya model percontohan dekarbonisasi industri di Indonesia di masa depan.
Maulana Himawan, Large Industries Commercial Director Air Liquide Indonesia, mengatakan Air Liquide berkomitmen untuk mendukung pengembangan ekosistem hidrogen di Indonesia.
"Melalui studi kolaboratif ini, kami berupaya mengeksplorasi ko-kreasi dan pemanfaatan hidrogen guna mengoptimalkan perannya sebagai sumber energi bersih dan bahan baku industri yang sangat menjanjikan," ujarnya. Ia yakin hidrogen memiliki peran besar dalam mencapai target emisi nol bersih.
Mathieu Geze, President Director HDF Energy, mengatakan kerja sama ini menegaskan peran krusial kemitraan industri dalam mengakselerasi transisi energi di Indonesia.
"Dengan mengubah gas buang industri menjadi listrik bersih melalui teknologi sel bahan bakar HDF, kami tak hanya mengurangi emisi, tetapi juga membuka nilai baru dari sumber daya yang ada," kata Mathieu.
Lewat kerja sama ini, HDF Energy bertekad membuktikan bahwa solusi berbasis hidrogen sangat esensial untuk membangun masa depan rendah karbon dan berketahanan energi.
Hasil studi ini akan menjadi landasan strategis dalam pengambilan keputusan investasi dan pengembangan proyek, serta memberikan kontribusi terhadap roadmap transisi energi bersih di Indonesia. Selain itu, proyek hydrogen to power ini juga diharapkan dapat menjadi katalisator bagi pertumbuhan energi bersih di Indonesia, sejalan dengan komitmen pemerintah untuk mengurangi emisi karbon.
