PLN Sebut Permintaan Listrik untuk Data Center Bakal Dorong Target RUPTL

Ajeng Dwita Ayuningtyas
10 September 2025, 18:55
Co-founder dan CEO Katadata Metta Dharmasaputra dan Direktur Teknologi, Engineering, dan Keberlanjutan PT PLN (Persero), Evy Haryadi, dalam Katadata SAFE 2025 sesi Fireside Chat "Designing the Greenest RUPTL: How Indonesia Plans a Renewable-Powered Fut
Katadata/Fauza Syahputra
Co-founder dan CEO Katadata Metta Dharmasaputra dan Direktur Teknologi, Engineering, dan Keberlanjutan PT PLN (Persero), Evy Haryadi, dalam Katadata SAFE 2025 sesi Fireside Chat "Designing the Greenest RUPTL: How Indonesia Plans a Renewable-Powered Future" di Grand Ballroom Kempinski, Hotel Indonesia, Jakarta, Rabu (10/9).
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Target penambahan kapasitas tenaga listrik dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2025-2034 tergolong ambisius dari target-target sebelumnya. Namun, PT PLN (Persero) optimistis target tersebut bisa tercapai, salah satunya dengan pertumbuhan permintaan listrik untuk data center berbasis kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI).

PLN dan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memasang target penambahan kapasitas tenaga listrik sebesar 69,5 Gigawatt  (GW) untuk 10 tahun ke depan. Dari jumlah tersebut, 76% atau sekitar 42,6 GW bersumber dari energi baru terbarukan (EBT).

Direktur Teknologi, Engineering, dan Keberlanjutan PLN, Evy Haryadi, mengatakan sumber ekonomi baru berperan penting untuk mencapai target ini. 

Evy menjelaskan, saat ini baru ada permintaan untuk memasok listrik di data center, namun bukan pusat data yang berbasis AI. 

“Kalau data center AI itu masuk, ini akan tumbuh sangat tinggi. Terutama ke Indonesia, karena kita punya sumber daya terbarukan,” kata Evy, dalam diskusi di Katadata Sustainable Action for the Future Economy (SAFE) 2025, di Jakarta, Rabu (10/9). 

Potensi permintaan listrik lainnya akan muncul seiring meningkatnya tren kendaraan listrik atau electric vehicle

Untuk penambahan kapasitas energi terbarukan, dalam jangka pendek,PLN akan fokus pada pembangkit listrik tenaga surya, angin, kemudian Battery Energy Storage System (BESS) untuk jangka menengah. 

“Ini karena variable renewable energy tidak bisa berdiri sendiri. Harus ada yang menyeimbangkan,” kata Evy. 

Sementara itu, tenaga hidro dan geotermal disiapkan untuk pembangunan energi terbarukan jangka panjang.

Evaluasi dari Program Sebelumnya

Di era sebelumnya, pemerintah sempat menargetkan penambahan kapasitas energi listrik di angka 35 GW. Target ini untuk mendukung pertumbuhan ekonomi 8%, meskipun tak diungkap secara eksplisit. Akan tetapi, target tersebut tidak terpenuhi.

Evy menjelaskan, kali ini pihaknya akan fokus mengisi “celah” potensi ekonomi dan pertumbuhan listrik di daerah. Evy mencontohkan potensi dari sektor perikanan di Indonesia Timur.

Hilirisasi sebagai kebijakan baru pemerintahan, juga dianggap bisa membantu pemenuhan target RUPTL.

Selain itu, akan dilakukan peninjauan setiap tahun, untuk memperkirakan langkah ke depan.

 “Apakah kita akan tetap membangun (kapasitas listrik) atau memperlambat. Tujuannya, agar listrik tidak kelebihan pasokan (oversupply),” katanya.  

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Ajeng Dwita Ayuningtyas

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...