Menlu: Pengembangan Mineral Kritis Indonesia Tetap Dukung Dekarbonisasi Global

Ajeng Dwita Ayuningtyas
11 Oktober 2025, 11:56
mineral kritis, energi bersih, hilirisasi
ANTARA FOTO/Sulthony Hasanuddin/sg
Layar menampilkan video pidato Menteri Luar Negeri Sugiono pada Indonesia International Sustainability Forum (ISF) 2025 di Jakarta International Convention Center (JICC) Senayan, Jakarta, Sabtu (11/10/2025).
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Menteri Luar Negeri (Menlu) Sugiono mengatakan pemerintah Indonesia memastikan pengembangan mineral kritis lewat hilirisasi mineral akan dilakukan secara bertanggung jawab dan mendukung upaya dekarbonisasi global.  

International Energy Agency (IEA) memperkirakan peningkatan permintaan mineral kritis hingga empat lipat pada 2040. Salah satunya untuk mendukung peralihan menuju energi bersih. 

“Indonesia mengambil langkah berani untuk memastikan mineral kritis kami mendorong dekarbonisasi global, sekaligus meningkatkan kesejahteraan dalam negeri,” kata Menlu Sugiono, dalam Indonesia International Sustainability Forum 2025, di Jakarta International Convention Center, Sabtu (11/10).

Menurutnya, negara berkembang seperti Indonesia perlu menetapkan standar keberlanjutan agar mineral yang dihasilkan mendapat pengakuan global. Sugiono menyebut transisi menuju energi hijau tidak boleh memperdalam ketimpangan antara negara yang kaya sumber daya alam dan negara yang kaya teknologi. 

“Bagi negara berkembang, transisi hijau harus menjadi jembatan menuju teknologi, bukan ketergantungan,” ujarnya.

Ke depan, Indonesia akan menjalin kerja sama global untuk membangun rantai nilai yang lebih kuat dengan investasi hilir yang berkelanjutan. Kerja sama ini termasuk melalui pertukaran teknologi. 

Untuk mencapai hilirisasi berkelanjutan, Sugiono mengatakan, Indonesia perlu investasi yang inklusif dan bertanggung jawab. Program hilirisasi akan berdasarkan pada tata kelola yang baik, berkeadilan sosial, dan memperhatikan pengelolaan lingkungan. 

“Indonesia mendorong kerangka kerja investasi yang selaras dengan prinsip ESG (environmental, social, and governance),” katanya. 

Potensi Mineral Kritis Indonesia

Data US Geological Survey 2023 memperlihatkan, Indonesia memiliki cadangan nikel hingga 72 juta ton. Indonesia menjadi penyumbang produksi nikel terbesar di dunia, dengan memasok 48% produksi nikel global pada 2023.

Selain itu, Indonesia juga masuk daftar negara penghasil tembaga terbesar di dunia. Pada 2022, posisinya di peringkat 6 dengan hasil produksi mencapai 920 ribu ton. Indonesia menyimpan 3,21% total cadangan tembaga dunia, kurang lebih sebesar 28 juta ton.

Mineral kritis lainnya, seperti kobalt, Indonesia bahkan menempati posisi kedua dengan jumlah produksi mencapai 10.000 ton pada 2022. Indonesia juga menempati peringkat yang sama untuk produksi timah, totalnya 68.000 ton. Cadangan timah diperkirakan mencapai 2,8 juta ton.

Selain itu, cadangan bauksit dalam negeri diperkirakan mencapai 1,2 miliar ton, dengan jumlah produksi 20 juta ton pada 2022. 

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Ajeng Dwita Ayuningtyas

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...