Anak-Anak Muda Dunia Bergerak Tuntut Hentikan Energi Fosil di Pertemuan COP30
Global Youth Statement (GYS) yang berisi ribuan orang muda dari lebih dari 150 negara menyerukan perubahan arah kebijakan iklim global menuju transisi energi yang adil, pendanaan tanpa utang, dan keterlibatan bermakna bagi kelompok muda serta masyarakat rentan.
Dalam forum Conference of Children and Youth ke-20 (COY20) yang digelar di Belém, Brasil, seruan tersebut diserahkan kepada pimpinan COP30 dan perwakilan UNFCCC sebagai mandat global bagi para pemimpin dunia. Indonesia diwakilili oleh Climate Rangers yang menyampaikan aspirasi orang muda Indonesia dalam National Children and Youth Statement (NYS).
Koordinator Climate Rangers Indonesia, Ginanjar Ariyasuta, menegaskan bahwa keadilan iklim bukan sekadar tentang teknologi atau target emisi, tapi tentang nasib generasi.
“Kami tumbuh di bumi yang jauh lebih panas, lebih bising, dan lebih rapuh daripada yang diwariskan orang tua kami,” ujar Ginanjar dalam pernyataan resmi, Senin (10/11).
Dia menyebut, generasinya kini sudah kehilangan banyak hal, seperti udara bersih, laut yang sehat, dan musim yang bisa diprediksi. Jika kebijakan ini masih terus memihak industri fosil, maka generasi setelah ini akan tumbuh di dunia yang lebih tidak adil dari yang kami alami sekarang.
“Karena itu, kami menegaskan: anak dan orang muda bukan penerima dampak pasif, tetapi aktor utama dalam menyiapkan bumi untuk generasi yang akan datang.” lanjutnya.
Penyusunan NYS Indonesia sendiri melibatkan lebih dari 900 anak dan orang muda dari 30 provinsi, melalui rangkaian Local Conference of Children and Youth (LCOY). Proyek ini digelar digelar sejak pertengahan tahun 2025 yang mengangkat isu seperti banjir, kekeringan, polusi tambang, hingga ketimpangan akses energi. Mandat anak dan orang muda Indonesia menyoroti tiga hal mendasar yang kini juga tercermin dalam mandat global:
- Transisi energi harus adil dan berpihak pada rakyat, bukan proyek elite yang memperpanjang ketergantungan pada batu bara dan industri ekstraktif.
- Pendanaan iklim tidak boleh berbasis utang yang membebani generasi muda, melainkan berbentuk hibah dan dukungan langsung bagi komunitas rentan.
- Partisipasi orang muda dan masyarakat adat harus diakui sebagai hak, bukan sekadar simbolik dalam forum kebijakan.
Anak-anak muda ini menuntut negara-negara untuk menghentikan seluruh proyek batu bara sebelum 2030, menghentikan pendanaan terhadap energi fosil, dan mempercepat transisi ke energi bersih yang dikelola secara demokratis oleh masyarakat. GYS juga menyoroti ketimpangan global di mana negara maju masih menunda tanggung jawab pendanaan iklim sambil terus membuka ruang bagi investasi berbasis ekstraksi di negara berkembang.
Perwakilan Climate Rangers, Fadilla Miftahul, yang menjadi pembicara di sesi bertema Youth as Drivers for Just Energy Transition milik International Energy Agency (IEA), menekankan pentingnya orang muda dalam transisi energi yang adil.
“Orang muda memiliki peran vital dalam transisi energi. Kami telah melihat bagaimana orang muda di Indonesia mengorganisir diri, menolak pendanaan kotor dari bank untuk proyek batu bara, hingga membangun energi terbarukan secara mandiri di desa-desa. Semua gerakan ini menunjukkan bahwa solusi sejati bisa datang dari komunitas, bukan hanya dari korporasi besar,” kata dia.
“Saatnya kita menantang paradigma tersebut, bagaimana pembangunan harus berbasis ke komunitas dan keberlanjutan, bukan hanya keuntungan ekonomi,” tutupnya.
