Brasil Desak Keberanian Global Bahas Penghentian Energi Fosil di COP30
Menteri Lingkungan dan Perubahan Iklim Brasil, Marina Silva, menyerukan seluruh negara di dunia untuk menunjukkan keberanian dalam membahas kebutuhan penghentian bahan bakar fosil di tengah krisis iklim yang semakin genting. Ia menyebut penyusunan peta jalan atau roadmap menuju penghapusan energi fosil sebagai respons yang etis.
Meski demikian, Silva mengatakan setiap proses menuju penghentian bahan bakar fosil harus bersifat sukarela dan ditentukan sendiri oleh tiap negara. Isu ini menjadi salah satu perdebatan paling panas di Konferensi Iklim PBB COP30 di Belém, Brasil.
Silva mengatakan Brasil sebagai tuan rumah COP30 bersikap hati-hati mengenai apakah roadmap penghentian bahan bakar fosil dapat masuk agenda resmi. Namun, Silva mengisyaratkan dukungan terhadap pembahasan tersebut.
“Ketika kita berada di medan yang cukup suram, ada baiknya kita memiliki peta. Tapi peta itu tidak memaksa kita untuk melakukan perjalanan,” ujar Silva seperti dikutip The Guardian, Minggu (16/11).
Puluhan negara mendorong COP30 untuk mulai merumuskan bagaimana penghentian global bahan bakar fosil dapat dilakukan, menyusul keputusan sejarah di COP28 Dubai yang menyepakati transisi menjauh dari energi fosil.
Namun, komitmen itu tak disertai tenggat waktu dan detail pelaksanaan celah yang tahun ini ingin ditutup oleh banyak delegasi.
Upaya serupa sempat gagal di COP29 Azerbaijan karena penolakan negara-negara penghasil minyak dan gas. Hasil konferensi tahun lalu pun tidak menyebut transisi energi sama sekali.
Brasil Pastikan Topik Ini Dapat Dibahas di Luar Agenda Formal
Meskipun Brasil tidak menjadi inisiator isu ini, Silva mengatakan, negaranya bekerja di belakang layar untuk memastikan topik tersebut tetap dapat dibahas di luar agenda formal. Langkah itu didukung Presiden Brasil Luis Inácio Lula da Silva, yang tiga kali menegaskan perlunya “bergerak menjauh dari ketergantungan pada bahan bakar fosil” pada pidato-pidato pembuka COP30.
Silva mengakui proses ini tidak akan mudah dan penuh resistensi. Akan tetapi, mengangkat isu ini saja sudah merupakan langkah berani.
“Ini satu-satunya cara untuk menghadapi masalah dari akar. Kami tidak boleh menjual harapan palsu. Mengangkat topik ini adalah tindakan berani, dan saya berharap melihat keberanian ini dari semua pihak, baik produsen maupun konsumen,” kata Silva.
Silva menegaskan Brasil tidak memimpin seruan penghentian bahan bakar fosil karena itu telah diinisiasi di COP28. Namun sebagai tuan rumah COP30, Brasil memberikan ruang untuk diskusi agar negara-negara dapat menentukan sendiri posisi mereka.
“Kami tahu topik ini sensitif. Kami akan memberi kesempatan untuk membahasnya,” katanya.
