Skor ESG Membaik, PT Vale Jadi Perusahaan Tambang dengan Risiko Terendah
PT Vale Indonesia mencatatkan perbaikan skor ESG Risk Rating dari 29,8 menjadi 23,7, merujuk versi Sustainalytics. Capaian ini menempatkan PT Vale sebagai perusahaan pertambangan dengan risiko ESG terendah di Indonesia.
Tidak hanya itu, saat ini PT Vale termasuk dalam jajaran 15 perusahaan pertambangan dengan risiko terendah di dunia. “Pencapaian ini bukan hanya milik PT Vale, tetapi milik Indonesia,” ujar Presiden Direktur dan CEO PT Vale Indonesia Bernardus Irmanto, dalam keterangan tertulis, Senin (17/11).
Menurutnya, perbaikan rating Sustainalytics berdasarkan kinerja terverifikasi di berbagai aspek keberlanjutan utama, termasuk pengelolaan energi dan emisi; keselamatan dan kesehatan kerja; praktik ketenagakerjaan; serta pemberdayaan masyarakat.
Bernardus menambahkan, perbaikan skor tersebut tercapai dalam waktu kurang dari satu tahun sehingga menunjukkan konsistensi kinerja yang terukur dan bermakna.
Capaian ini membuktikan bahwa pertambangan di kawasan Asia Tenggara dapat berdiri sejajar dengan standar global. Secara khusus, perusahaan di Indonesia mampu memenuhi standar global pertambangan berkelanjutan, transparansi, dan tata kelola.
Menurut Bernadus, prestasi ESG ini datang pada momentum strategis. Sebab, dunia tengah mempercepat peralihan menuju energi bersih, serta mendorong permintaan nikel yang merupakan komponen penting baterai kendaraan listrik dan sistem penyimpanan energi. Sebagai negara dengan cadangan nikel terbesar di dunia, Indonesia berada di pusat peta geopolitik energi baru.
Kinerja Vale turut menunjukkan bahwa Indonesia tidak hanya mampu menjadi pemasok volume, tetapi juga pemasok responsibly sourced nickel yang memenuhi standar Amerika Serikat dan Uni Eropa melalui IRA dan EU Critical Raw Materials Act.
Target Keberlanjutan
Bernadus menyampaikan bahwa pertumbuhan ini dapat dicapai tanpa mengorbankan integritas. Sebab, keberlanjutan bukan sekadar slogan, tetapi sistem yang dijalankan setiap hari.
Dalam beberapa tahun terakhir, PT Vale telah beralih dari pendekatan reaktif menuju manajemen ESG yang proaktif. Di saat sama, perusahaan mengintegrasikan keberlanjutan ke seluruh proses operasionalnya, mulai dari tata kelola, kemitraan masyarakat, hingga rehabilitasi keanekaragaman hayati.
Bertepatan dengan forum iklim dunia COP 30 di Belem, Brazil, PT Vale Indonesia menyampaikan peta jalan pengurangan emisi karbon yang terbaru.
Perusahaan, misalnya, membidik pengurangan emisi absolut di operasi intinya di Sorowako sebesar 33 persen dari baseline 2017, menjadi sekitar 1,5 juta ton CO2e pada 2030. PT Vale menyebut ikhtiar ini dapat menghasilkan penghematan biaya senilai US$50 per ton CO2e.
Selain itu, perusahaan berupaya mengurangi intensitas karbon pada produk nikel hingga 50 persen dari baseline 2017, menjadi 14 tCO2e per ton nikel. Inisiatif ini dirancang untuk dicapai bersamaan dengan ekspansi produksi yang masif, yang mana Vale menargetkan pertumbuhan output nikel hingga empat kali lipat.
Dalam peta jalannya, perusahaan menunjukkan sejumlah inisiatif kunci berkenaan dengan dekarbonisasi. Sebut misal, pemanfaatan panas terak (slag heat recovery) yang dapat menghasilkan 165 MWh energi panas untuk mengurangi kadar air biji dari 40 persen ke 4 persen. Inisiatif ini berpotensi menekan emisi hingga 293 tCO₂e per tahun.
Ada pula pemanfaatan gas buang kaya CO dan H₂ yang dapat mengurangi biaya kiln hingga US$21 juta dan menurunkan emisi 120 ribu ton CO₂ per tahun. sebagai penjelas, kiln merupakan tungku raksasa yang digunakan untuk mengeringkan dan memanaskan bijih nikel sebelum diproses di smelter
Belum cukup, PT Vale melalui tiga proyek besar, yakni Sorowako, Bahodopi (Sulawesi Tengah), dan Pomalaa (Sulawesi Tenggara), bersama para mitra menyiapkan investasi lebih dari US$9 miliar untuk mengembangkan industri hilir nikel nasional yang rendah karbon.
Sebagai tambahan, PT Vale memiliki track record panjang sebagai pelopor energi hijau. Sejak 1970-an, mereka telah membangun pembangkit listrik tenaga air (PLTA) dan saat ini mengoperasikan tiga PLTA dengan total kapasitas 365 MW, sehingga 100% proses smelting telah digerakkan oleh energi bersih. Fondasi inilah yang memungkinkan mereka menetapkan target yang ambisius namun realistis.
Chief of Sustainability and Corporate Affairs Officer PT Vale Indonesia Budiawansyah, menyebutkan perusahaan berkomitmen untuk bertumbuh secara bertanggung jawab, melindungi yang esensial, dan membuktikan bahwa pertambangan yang dijalankan dapat membawa dampak positif.
