Carbon Trading: Cara Mengurangi Emisi Karbon Dunia
Isu lingkungan akhir-akhir ini menjadi perbincangan hangat, terutama yang berhubungan dengan pemanasan global. Salah satu penyebab pemanasan global yakni meningkatnya jumlah karbon dioksida di bumi. Untuk mengatasi hal tersebut, kemudian muncul istilah carbon trading. Mungkin istilah ini asing di telinga kita, namun sebenarnya itu bukanlah hal baru.
Banyak orang yang belum mengetahui tentang carbon trading dan mungkin masih bingung tentang istilah ini. Berikut ini penjelasan seputar hal tersebut.
Apa Itu Carbon Trading?
Carbon trading adalah perdagangan emisi karbon yang dilakukan antar-negara untuk mengurangi emisi karbon dunia, khusunya dari karbon dioksida. Perdagangan karbon ini merupakan bentuk perdagangan yang menargetkan karbon dioksida atau CO2 dengan satuan ton. Transaksi inilah yang membantu menetapkan batas kuantitatif yang dihasilkan oleh para penghasil emisi karbon.
Dengan adanya perdagangan, negara yang memproduksi emisi dalam jumlah banyak bisa mengeluarkan emisi karbon tersebut dari negaranya. Dan negara yang menghasilkan emisi dalam jumlah sedikit bisa menjual hak menghasilkan emisi yang dimilikinya kepada negara lain.
Pada awal 2020, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menyatakan bahwa Indonesia mempunyai potensi mendapatkan penghasilan tambahan dengan menjual sertifikat emisi karbon. Beberapa emisi karbon yang bisa diperjualbelikan di antaranya karbon dioksida, metana atau CH4, nitrat oksida atau N2O, hidrofluorokarbon atau HFCs, perfluorokarbon atau PFCs, dan surfur heksafluorida atau SF6. Keenam emisi tersebut terbukti paling banyak memicu pemanasan global.
Carbon trading atau yang juga dikenal dengan nama carbon emission trading merupakan salah satu cara untuk mengurangi karbon di dunia dengan biaya yang sangat hemat dan bisa dieksploitasi. Bahkan cara ini bisa diikuti banyak pihak seperti perusahaan pialang swasta.
Setiap negara telah memiliki standar tersendiri terkait pelepasan karbon ke udara. Pemerintah juga telah mengeluarkan peraturan mengenai batas maksimum dan diberikan gratis atau dilelang ke perusahaan-perusahaan. Apabila perusahaan tersebut bisa menekan emisi yang dikeluarkannya, mereka bisa menjual kelebihan izin dari batas maksimul tersebut melalui carbon tading dan mendapatkan keuntungan berupa uang dari hasil perdagangan karbon tersebut.
Namun ternyata carbon trading ada kelebihan dan kekurangannya. Apa saja kekurangan dan kelebihannya, berikut penjelasannya.
Kelebihan Carbon Trading
Setiap usaha jual beli tentu saja bertujuan mendapatkan keuntungan, begitu pula dengan jual beli karbon. Selain mendapatkan keuntungan, carbon trading ada kelebihan atau keunggulan lainnya. Di antaranya, menjadi salah satu solusi efektif untuk mengurangi pencemaran lingkungan. Misalnya, di Amerika Serikat, perdangan izin jual beli emisi karbon, khususnya Sulfur, dapat membatasi asam berlebih, dan menjadi daya tarik bagi pemerintah untuk membendung produksi karbon dioksida di negaranya.
Apabila rencana pembatasan tersebut dilakukan semua negara, maka akan mempercepat proses dekarbonisasi yang ada didunia. Maka dari itu, perlu kerja sama yang baik antar-semua negara untuk mensukseskan program tersebut.
Kekurangan Carbon Trading
Ternyata dalam menjalankan carbon semissions trading tidak semudah yang dibayangkan. Salah satu kekurangannya adalah untuk menciptakan pasar karbon sangatlah sulit. Perlu ada promosi kelangkaan dan harus ada peraturan yang mampu membatasi hal untuk mengeluarkan barang supaya bisa diperjualbelikan.
Kekurangan lainnya dari perdagangan karbon yaitu harga yang bisa sewaktu-waktu jatuh karena ada campur tangan politik. Hal tersebut tentu akan merugikan pihak-pihak yang terlibat di dalamnya.
Kekurangan berikutnya yaitu adanya izin dari negara-negara miskin seputar pergantian kerugian dan pembayaran pengurangan polusi tersebut. Izin ini menjadi penting saat hendak melakukan pengurangan emisi karbon dioksida banyak dipertanyakan dan efektivitas dari rencana pembatasan tersebut semakin berkurang.
Sebenarnya terdapat dua pilihan yang bisa dilakukan terkait pembatasan emisi tersebut, yakni dengan menerapkan pajak untuk karbon dan regulasi secara langsung. Opsi pertama mengenai pajak untuk karbon ini sudah banyak diterapkan oelh negara-negara Eropa dan beberapa negara lain seperti Indona, Jepang, dan Korea Selatan.
Berbagai rencana regulasi dan uji coba juga dilakukan untuk mengurangi emisi karbon seperti uji coba di Amerika Serikat pada masa presiden Obama yang kemudian dikenal dengan nama Clean Power Plan yang harus dipatuhi oleh mereka yang berperan sebagai produsen energi. Skema tersebut untuk mengurangi emisi karbon pada tahun 2030 sebanyak 32 persen.
Meskipun masih banyak kekurangannya, namun carbon trading masih bisa menjadi pilihan untuk mengurangi emisi karbon yang menyebabkan pemanasan global. Cara tersebut akan semakin efektif jika dibarengi dengan tingkat kepedulian masyarakat yang tinggi. Hal sederhana yang bisa dilakukan misalnya dengan mengurangi penggunaan kendaraan pribadi dan beralih ke transportasi umum atau transportasi ramah lingkungan.