Holding BUMN IBC Akan Bangun Pabrik Baterai Kendaraan Listrik 2022

Image title
8 Juli 2021, 15:52
pabrik baterai, kendaraan listrik, ibc, catl, lg chem
ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga/wsj.
Pengisian daya pada mobil listrik BMW i3s di kawasan Meruya, Jakarta, Jumat (2/10/2020).

Indonesia Battery Corporation alias IBC menargetkan pembangunan pabrik baterai kendaraan listrik akan dimulai pada tahun depan. Pasalnya studi dengan dua calon mitra asing yang minat berinvestasi pada proyek itu hingga kini masih berlangsung.

SVP Corporate Strategy and Business Development Adhietya Saputra mengatakan pembangunan pabrik baterai masih menanti negosiasi dengan para mitra asing rampung terlebih dulu. Diskusi berkutat pada struktur perusahaan patungan atau joint venture yang akan dibentuk.

Berdasarkan catatan Katadata.co.id, dua perusahaan asing tersebut, yaitu Contemporary Amperex Technology Co Ltd (CATL) asal Tiongkok dengan investasi sebesar US$ 5 miliar (Rp 72 triliun), dan LG Chem Ltd asal Korea Selatan sebesar US$ 13-17 miliar (Rp 187,5-245 triliun).

"Kami studi dulu dengan dua calon mitra itu, karena dua mitra itu membangun dari hulu hingga ke hilir. Harapannya 2022 sudah ada salah satu value chain kita bisa mulai jalan konstruksinya," ujarnya kepada Katadata.co.id, Kamis (8/7).

Meski demikian, dia belum dapat membeberkan secara detail mengenai kapan tepatnya pembangunan pabrik baterai terealisasi. Yang pasti perusahaan mengharapkan pembangunan pabrik baterai dapat dimulai di tahun 2022.

"Kami masih bicara dengan partner belum bisa kita buka dulu. Karena semua dari mining-nya. Pembangunan smelter, pembangunan prekursor ada hubungannya dengan perkembangan dari tambangnya. Ini kami masih negosiasi dan penyesuaian," ujarnya.

Simak databoks berikut:

Sebelumnya, Wakil Menteri BUMN Pahala Mansury mengatakan Indonesia Battery Corporation merupakan konsorsium empat perusahaan pelat merah. Keempatnya adalah PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) atau MIND ID, PT Aneka Tambang Tbk (Antam), PT PLN (Persero), dan PT Pertamina (Persero).

Pembentukan ini bertujuan agar kekuatan dari hulu hingga hilir dapat disatukan. Pada 2030 pemerintah menargetkan kapasitas baterai akan ditingkatkan menjadi 140 gigawatt hour (GWh).

Sebanyak 50 gigawatt hour dari produksi tersebut rencananya akan diekspor. Sisanya untuk keperluan industri baterai kendaraan listrik atau electric vehicle (EV) dalam negeri. "Potensi EV ini besar sekali. Ada roda dua, produksinya 10 juta dan roda empat di atas 2 juta unit," ujarnya.

Pemerintah juga sedang menyusun peta jalan pengembangan baterai listrik dan sistem penyimpan energi (energy storage system/ESS) hingga 2027.

Dalam Indonesia Battery Corporation, MIND ID bersama Antam berperan untuk menyediakan bijih nikel. Pertamina menjalankan bisnis manufaktur produk hilir meliputi pembuatan baterai cell, baterai pack, dan ESS.

Sedangkan PLN akan berperan untuk pembuatan sel baterai, penyediaan infrastruktur SPKLU, dan pengintegrasian sistem manajemen energi (energy management system/EMS). Porsi kepemilikan saham masing-masing BUMN ini adalah 25%.

Reporter: Verda Nano Setiawan

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...