PLN: Investasi Sun Cable Peluang RI Genjot Infrastruktur EBT

Image title
24 September 2021, 18:36
pln, ebt, infrastruktur listrik
ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra
Instalasi panel listrik tenaga surya di Hotel Wujil, Ungaran, Jawa Tengah.

PLN memandang kerja sama antara Indonesia dan Australia dalam proyek Australia-Asia Power Link (AA Power Link) bukanlah sebagai ancaman. Perusahaan justru melihat proyek yang digarap Sun Cable ini sebagai peluang dalam mengembangkan infrastruktur energi baru terbarukan (EBT) di tanah air.

Proyek AAPower Link rencananya akan mengekspor listrik ke Singapura melalui kabel bawah laut yang melalui perairan Indonesia. Sehingga, tidak menutup kemungkinan, perusahaan tersebut juga akan menghubungkan listriknya ke Indonesia.

"Kami melihat ini suatu peluang agar Indonesia juga dapat memanfaatkan aset yang akan dibangun tersebut untuk mengekspor kelimpahan energi di Indonesia," kata Direktur Niaga dan Manajemen Pelanggan PLN, Bob Syahril, kepada Katadata.co.id, Jumat (24/9).

Menurut Bob, saat ini PLN juga tengah bertransformasi menjadi perusahaan yang lebih hijau alias ramah lingkungan. Di antaranya dengan menggenjot pembangunan pembangkit EBT, serta co-firing PLTU yang mengganti batu bara menjadi biomassa sebagai bahan bakar pembangkitan listrik.

Selain itu, perusahaan juga terus mencari terobosan untuk mendapatkan harga pembangkit EBT yang lebih kompetitif. Sehingga, PLN tak akan menutup diri bekerja sama dengan pihak manapun dalam mengembangkan EBT di tanah air. "Kami akan mengeksplorasi semua peluang yang ada. Tapi aspek daya saing tetap kita jaga," ujarnya.

Direktur Eksekutif Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia (METI) Paul Butarbutar menilai hadirnya proyek AA Power Link ini bisa menjadi kesempatan bagi RI untuk memanfaatkan jaringan yang tersedia tersebut dalam mengembangkan EBT di Indonesia.

Sebagai gambaran, potensi energi terbarukan selama ini banyak di daerah yang tingkat serapan listriknya rendah. Sehingga butuh jaringan transmisi untuk mengevakuasi listrik tersebut ke daerah dengan tingkat permintaan yang tinggi. "Tapi tentunya akan tergantung dari kesepakatan Indonesia dengan mereka," katanya.

Untuk diketahui, CEO Sun Cable David Griffin, sebelumnya menyatakan dukungannya atas komitmen pemerintah Indonesia dalam menarik penanaman modal asing serta keinginan kuat untuk mengurangi emisi karbon. Indonesia menurut dia merupakan salah satu bagian penting dalam mensukseskan proyek AAPowerlink.

Pasalnya, perusahaan memiliki pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) terbesar di dunia hingga mencapai 17 gigawatt, dan baterai terbesar di dunia mencapai 36 gigawatt, sistem transmisi transit terpanjang di dunia 4.200 kilometer. Sehingga semua dukungan Indonesia itu sangat penting untuk merealisasikan proyek ini.

"Hari ini kita mencapai titik penting, pemerintah telah merekomendasikan rute melalui perairan Indonesia. Dan KKP telah mengizinkan kami melakukan survei bawah laut, sehingga kami dapat lebih memahami lingkungan laut tempat kami beroperasi," katanya.

Ia memerinci investasi sebesar US$ 2,58 miliar Sun Cable di Indonesia terdiri dari investasi langsung sebesar US$ 530 juta-1 miliar untuk instalasi proyek, dan US$ 1,58 miliar untuk biaya operasional selama jangka waktu proyek.

Selain itu ada juga potensi pengadaan baterai listrik bagi perusahaan manufaktur di Indonesia senilai US$ 600 juta mengingat potensi material baterai lithium yang dimiliki Indonesia. Dia menegaskan, dalam investasi ini, Sun Cable telah mematuhi alur sebagaimana diatur dalam Kepmen KP No. 14/2021 Tentang Alur Pipa atau Kabel Bawah Laut.

Reporter: Verda Nano Setiawan

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...