Pembiayaan Berkelanjutan DBS Group Capai US$52,1 Miliar di 2023
Bank terbesar di Singapura, DBS Group, telah meningkatkan komitmen pembiayaan berkelanjutan sebesar 37,3% menjadi S$70 miliar atau sekitar Rp 819,6 triliun pada akhir Desember 2023, dari S$51 miliar (Rp 597,13 triliun) pada 2022. DBS juga mengurangi eksposur pembiayaan di sektor batu bara termal sebesar 18,2% menjadi S$1,8 miliar (Rp 21,07 triliun) tahun lalu dari S$2,2 miliar (Rp 25,76 triliun) pada tahun 2022.
Bank terbesar di Asia Tenggara dari sisi aset ini juga telah memperbarui kebijakan batu baranya untuk menyelaraskan dengan taksonomi regional mengenai penghentian penggunaan batu bara secara bertahap. "Kami secara besar-besaran mengurangi paparan batu bara termal, tetapi kami ingin melangkah lebih jauh dari itu," ujar Chief Sustainability Officer DBS Bank Singapore Helge Muenkel, seperti dikutip Reuters, Rabu (6/3).
DBS ingin mendukung transisi energi yang adil dengan memfasilitasi pensiun dini pembangkit listrik tenaga batu bara. DBS adalah bank pertama di Asia Tenggara yang memperbarui kebijakan batu baranya untuk memungkinkan penghentian pembangkit listrik tenaga batu bara secara bertahap.
Langkah ini sejalan dengan arahan bank sentral Singapura yang diuraikan dalam dokumen panduan yang dirilis tahun lalu. Bank sentral Singapura mendorong lembaga-lembaga keuangan untuk mempercepat penghentian pembangkit listrik tenaga batu bara yang menimbulkan polusi.
Melansir eco-business.com, Helge Muenkel mengatakan bahwa DBS juga tetap berkomitmen pada janjinya di tahun 2019 untuk menghentikan pembiayaan batu bara termal yang baru.
Dalam beberapa tahun terakhir, bank-bank terkemuka di Asia semakin disorot karena pembiayaan bahan bakar fosil yang terus berlanjut. Dalam laporan keberlanjutan terbarunya, DBS memperbarui bahwa bank ini telah mengurangi 33% atau sekitar sepertiga dari eksposur batu baranya di sektor pertambangan dan pembangkit listrik sejak tahun 2021.
Bank ini berjanji untuk mencapai nol eksposur batu bara termal pada tahun 2039, saat kesepakatan terakhir yang masih ada dan terikat secara hukum habis.
Pada 2023, emisi absolut yang dibiayai bank dari portofolio minyak dan gasnya menurun sebesar 10% menjadi 26,2 metrik ton setara karbon dioksida (MtCO2e), dibandingkan dengan emisi pada tahun 2022. Hal ini melampaui target sementara untuk menurunkan emisi sektor ini menjadi 27,7 MtCO2e pada akhir dekade ini.
DBS mengaitkan penurunan ini dengan pengurangan aktivitas bisnis yang disengaja. Muenkel menekankan bahwa penurunan emisi "tidak akan berjalan lurus", terutama karena permintaan akan pendanaan transisi meningkat. "Ada potensi untuk mundur, di mana terkadang kita berada dalam situasi di mana intensitas emisi meningkat," ujar Muenkel, seperti dikutip eco-business.com.
Regulator Singapura sebelumnya telah menyerukan kepada lembaga-lembaga keuangan untuk terlibat dengan entitas-entitas beremisi tinggi untuk mendekarbonisasi portofolio mereka, dan mengakui bahwa peningkatan emisi yang didanai dalam jangka pendek akan terjadi.
Muenkel menyatakan bahwa mengurangi eksposur dan emisi yang dibiayai bukanlah tujuan utama bank. Ia menegaskan bahwa DBS akan terus mendorong pengurangan karbon.