KTT Biodiversitas COP16 di Kolombia Dihadiri 200 Negara, Ini Agendanya

Hari Widowati
21 Oktober 2024, 14:56
biodiversitas, KTT Biodiversitas COP16
ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/nz
Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Biodiversitas atau Keanekaragaman Hayati Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) atau yang dikenal dengan nama COP16, berlangsung bulan ini di kota Cali, Kolombia.
Button AI SummarizeBuat ringkasan dengan AI

Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Biodiversitas atau Keanekaragaman Hayati Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) atau yang dikenal dengan nama COP16, berlangsung bulan ini di kota Cali, Kolombia. Hampir 200 negara akan hadir untuk memperdebatkan bagaimana cara menyelamatkan alam dari laju kerusakan yang terjadi saat ini.

KTT Biodiversitas ini akan membahas sejumlah isu penting. Berikut ini detailnya.
1. Rencana Aksi Nasional

Dua tahun setelah menjadi penengah dalam Kerangka Kerja Keanekaragaman Hayati Global Kunming-Montreal yang menjadi tonggak penting di dunia, negara-negara kini harus menjelaskan bagaimana mereka berencana untuk mencapai lebih dari dua lusin tujuan yang telah disepakati secara global.

Rencana-rencana tersebut termasuk menyisihkan 30% wilayah mereka untuk konservasi, memangkas subsidi untuk bisnis yang merusak alam, dan mewajibkan perusahaan-perusahaan untuk melaporkan dampak lingkungan mereka.

Negara-negara diharapkan untuk menyerahkan rencana keanekaragaman hayati nasional atau National Biodiversity Strategies and Action Plans (NBSAP), pada awal pertemuan Cali yang berlangsung dari tanggal 21 Oktober hingga 1 November.

Para delegasi akan menggunakan dokumen tersebut untuk mengukur seberapa besar kemajuan yang telah dicapai sejak KTT COP15 pada tahun 2022 dan apa yang perlu diprioritaskan di masa mendatang.

2. Pembayaran atas Informasi Genetik

Dalam COP16 ini, negara-negara akan melaporkan informasi genetik yang diambil dari tanaman, hewan, dan mikroba dapat digunakan untuk meneliti dan mengembangkan obat, kosmetik, atau senyawa komersial lainnya. Secara historis, hukum nasional dan Protokol Nagoya 2010 berfokus pada cara membayar negara asal untuk berbagi sampel fisik.

Namun, saat ini genom dapat diurutkan dalam hitungan jam, bukan tahun. Jumlah informasi genetik digital yang dibagikan secara online pun telah meledak dan semakin terpisah dari sampel asli.

Menurut laporan Reuters, KTT ini bertujuan untuk membangun sistem multilateral global untuk membayar akses ke data tersebut, yang disebut digital sequence information (DSI). Para negosiator mengatakan kepada para wartawan pada Agustus lalu bahwa mereka mengharapkan adanya kesepakatan pada saat COP16.

Kesepakatan tersebut kemungkinan besar akan menjelaskan kapan pembayaran diperlukan, oleh siapa, dan ke mana uang tersebut harus disalurkan. Perusahaan-perusahaan berharap kesepakatan tersebut akan menghilangkan ketidakpastian hukum dalam bekerja dengan sekuens DNA.

3. Masyarakat Adat

Negara tuan rumah COP16, Kolombia, telah menempatkan penyertaan masyarakat adat dan tradisional sebagai pusat dari agendanya di Cali. Kantor PBB untuk Konvensi Keanekaragaman Hayati - yang mengawasi pelaksanaan pakta alam tahun 1992 - telah menyerukan agar perlindungan khusus diberikan kepada kelompok-kelompok masyarakat adat yang berada di daerah terpencil secara sukarela. PBB menekankan peran masyarakat ini dalam melindungi alam.

COP16 akan berusaha menyelesaikan program baru untuk memasukkan pengetahuan tradisional dalam rencana dan keputusan konservasi nasional. Para negosiator KTT juga akan membahas kemungkinan pembentukan badan permanen untuk isu-isu masyarakat adat untuk memastikan bahwa kelompok-kelompok ini terwakili dalam pengambilan keputusan PBB tentang keanekaragaman hayati.

4. Meningkatkan Pendanaan Keanekaragaman Hayati

Negara-negara kaya sepakat pada COP15 di Montreal pada 2022 untuk menyumbangkan setidaknya US$20 miliar (Rp 31 triliun) per tahun mulai 2025 untuk membantu negara-negara berkembang memenuhi tujuan-tujuan alam mereka. Pendanaan ini akan ditingkatkan menjadi US$30 miliar (Rp 46,5 triliun) pada 2030.

Hingga saat ini, bantuan keanekaragaman hayati masih jauh dari angka tersebut. Pemerintah menyediakan sekitar US$15,4 miliar (Rp 23,88 triliun) untuk membantu negara-negara berkembang dalam hal keanekaragaman hayati pada 2022. Menurut data Organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD), pendanaan yang disalurkan itu naik dari US$11,4 miliar (Rp 17,68 triliun) pada 2021.

Di Cali, baik pemerintah maupun perusahaan diharapkan akan mengumumkan upaya pendanaan lebih lanjut, sembari mendiskusikan mekanisme baru untuk menyalurkan dana bagi alam.

5. Tumpang Tindih dengan Perubahan Iklim

Negara-negara secara tradisional membahas upaya iklim global secara terpisah dari keanekaragaman hayati. Para pemimpin pun mencari cara untuk menangani kedua tujuan tersebut secara bersamaan. Isu perubahan iklim dan hilangnya keanekaragaman hayati sangat terkait. Melindungi alam membantu mengekang perubahan iklim, sementara pemanasan global juga menghancurkan keanekaragaman hayati dan mendorong kepunahan.

Para ahli mengatakan COP16 harus meningkatkan tekanan menjelang pertemuan iklim COP29 di Baku, Azerbaijan pada November mendatang. Dengan demikian, ada pengakuan yang lebih baik atas peran alam dalam memerangi perubahan iklim

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...