BloombergNEF: Investasi Transisi Energi Global Tembus US$ 2 Triliun pada 2024

Ringkasan
- OpenAI, pembuat ChatGPT, diperkirakan akan mengalami kerugian operasional sebesar US$ 5 miliar atau sekitar Rp 82,5 triliun, meskipun telah menerima investasi besar dari Microsoft.
- Pengeluaran besar OpenAI terutama untuk melatih kecerdasan buatan (AI) dan membayar stafnya, dengan total biaya mencapai US$ 8,5 miliar, termasuk US$ 7 miliar untuk melatih model bahasa besar dan US$ 1,5 miliar untuk gaji staf.
- Terdapat kekhawatiran bahwa OpenAI bisa bangkrut mengingat tingginya biaya operasional harian yang mencapai US$ 700 ribu atau Rp 11,6 miliar, disebabkan oleh mahalnya server AI Nvidia, serta persaingan ketat di industri AI dengan pemain lain seperti Anthropic, Amazon, Google, dan Nvidia.

Laporan terbaru BloombergNEF menyebut investasi global dalam transisi energi rendah karbon telah melampaui US$ 2 triliun (Rp 32,62 kuadriliun) pada 2024.
Negara-negara di seluruh dunia sedang berinvestasi dan mengembangkan sumber tenaga dan infrastruktur yang lebih bersih untuk memenuhi target iklim di bawah Perjanjian Paris. Namun, banyak ahli mengatakan langkah tersebut tidak cukup cepat.
Investasi transisi energi global membutuhkan rata-rata US$ 5,6 triliun (Rp 91,35 kuadriliun) setiap tahun dari tahun 2025 hingga 2030, untuk memenuhi target nol emisi bersih pada pertengahan abad ini. Laporan BloombergNEF menyebut tingkat investasi transisi energi saat ini hanya 37% dari yang dibutuhkan untuk mencapai target tersebut.
Investasi dalam transisi energi rendah karbon tumbuh sebesar 11% pada tahun lalu sehingga mencapai rekor US$ 2,1 triliun (Rp 34,26 kuadriliun). Investasi tersebut didorong oleh energi terbarukan, jaringan listrik, dan investasi transportasi dan penyimpanan energi. Namun, laju pertumbuhannya lebih lambat dibandingkan dengan tiga tahun sebelumnya ketika investasi tumbuh 24-29% per tahun.
“Masih banyak yang harus dilakukan, terutama di bidang-bidang yang sedang berkembang seperti dekarbonisasi industri, hidrogen, dan penangkapan karbon, untuk mencapai target nol karbon global,” kata Albert Cheung, Wakil Kepala Eksekutif BloombergNEF, seperti dikutip Reuters, Jumat (31/1).
Cina, Pasar Terbesar Transisi Energi
Pasar terbesar untuk investasi transisi energi adalah Cina. Negara Xi Jinping itu menyumbang investasi transisi energi sebesar US$ 818 miliar (Rp 13,34 kuadriliun), naik 20% dari tahun 2023. Pertumbuhan investasi Tiongkok setara dengan dua pertiga dari total peningkatan global pada tahun ini.
Uni Eropa, Amerika Serikat (AS), dan Inggris, yang mendorong pertumbuhan pada 2023, melihat hasil yang berbeda pada 2024. Investasi transisi energi stagnan di AS, mencapai US$ 338 miliar (Rp 5,51 kuadriliun).
Investasi transisi energi di Uni Eropa dan Inggris justru turun, masing-masing mencapai US$ 381 miliar (Rp 6,21 kuadriliun) dan US$ 65,3 miliar (Rp 1,06 kuadriliun). Total investasi Cina tahun lalu lebih besar daripada gabungan investasi AS, Uni Eropa, dan Inggris.
Dari pasar-pasar besar yang termasuk dalam laporan ini, India dan Kanada juga menambah pertumbuhan global secara keseluruhan. Kedua negara itu meningkatkan investasi mereka masing-masing sebesar 13% dan 19%.