Kadin: Indonesia Punya Peluang Investasi US$3,8 T untuk Capai Net Zero 2060
Ketua Umum Kadin Indonesia, Anindya N. Bakrie, mengutip data hasil kerja sama Bloomberg New Economic Finance dan Kadin Indonesia yang menunjukkan target net zero emission Indonesia merepresentasikan peluang investasi senilai US$ 3,8 triliun.
"Sebagai perbandingan, nilai tersebut setara dengan sekitar 4% dari total kumulatif Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia dari sekarang hingga tahun 2025," kata Anindya, dalam acara Indonesia International Sustainability Forum (IISF) 2025, Jumat (10/10).
Dia menilai, angka ini mencerminkan transisi menuju ekonomi hijau bukan hanya soal tanggung jawab lingkungan, tetapi juga peluang ekonomi besar yang bisa mendorong kesejahteraan nasional.
“Indonesia membutuhkan model pembangunan yang kompetitif, tangguh, dan berkelanjutan. Ini bukan tentang memilih antara pertumbuhan ekonomi atau target iklim, tetapi tentang mengatasi keduanya secara bersamaan mengunci industri baru, berinovasi dalam struktur keuangan, dan menciptakan lapangan kerja yang berkelanjutan,” ujar Anindya.
Anindya menjelaskan tahun lalu, Indonesia telah menginvestasikan sekitar US$ 4 miliar (Rp 66,3 triliun) dalam proyek transisi energi, terutama di sektor transportasi listrik dan jaringan tenaga listrik.
Meski demikian, investasi tersebut dinilai masih tertinggal dibandingkan negara-negara berkembang lainnya yang sudah lebih agresif dalam menanamkan modal di sektor energi bersih.
“Baik sektor publik maupun swasta memiliki peran penting dalam memperkuat upaya keberlanjutan nasional dan mempercepat pencapaian target net zero yang kembali ditegaskan oleh Presiden Prabowo Subianto,” kata Anindya.
Menurutnya, arah kebijakan iklim Presiden Prabowo juga sejalan dengan pernyataan Indonesia di hadapan Sidang Umum PBB beberapa waktu lalu. Dalam kesempatan itu, Presiden menegaskan kembali komitmen Indonesia terhadap Perjanjian Paris dan menyampaikan target mencapai net zero emission pada tahun 2060 atau lebih cepat.
“Beliau juga menekankan pentingnya transisi energi global yang adil dan inklusif, dengan menghormati hak setiap negara dan memperkuat investasi global dalam kesejahteraan iklim, ketahanan pangan, serta akses energi bersih bagi negara-negara di belahan bumi Selatan,” jelasnya.
Energi Bersih dan Elektrifikasi Jadi Kunci
Anindya mengatakan perjalanan dekarbonisasi setiap negara bersifat unik. Di Indonesia, sekitar 30% emisi berasal dari perubahan penggunaan lahan dan deforestasi, di luar emisi besar dari sektor energi dan industri.
Untuk mencapai net zero pada 2050, Indonesia harus mampu menurunkan emisi secara signifikan paling lambat pada tahun 2035.
“Dua kunci utama dalam mengurangi emisi adalah mempercepat pengembangan energi bersih dan mendorong elektrifikasi di sektor pengguna akhir seperti transportasi, bangunan, dan industri,” paparnya.
Ia menambahkan, posisi Indonesia yang kaya mineral seperti nikel, tembaga, dan bauksit akan memainkan peran penting dalam mendukung elektrifikasi global dan pengembangan energi terbarukan.
“Mineral strategis Indonesia akan menjadi tulang punggung transisi energi, bukan hanya bagi kita, tetapi juga bagi dunia,” ujarnya.
