Memahami Modal Kerja, Manfaat, dan Cara Menghitungnya
Modal kerja merupakan hal penting untuk dihitung dalam bisnis. Pengusaha harus memastikan modal kerja yang dibutuhkan supaya bisnis berjalan lancar.
Perlu dipastikan bahwa jumlah modal kerja mesti cukup untuk membiayai seluruh pengeluaran operasional perusahaan sehari-hari. Harapannya, perusahaan dapat beroperasi secara efisien dan tidak mengalami kesulitan keuangan.
Perhitungan modal dengan rasio yang jelas berpengaruh pada biaya operasional dan risiko kerugian yang mungkin terjadi. Jadi, penting bagi pengusaha untuk memahami pengertian modal kerja, termasuk cara menghitungnya.
Pengertian Modal Kerja
Dikutip dari laman Otoritas Jasa Keuangan, pengertian modal kerja adalah modal bersih yang merupakan selisih lebih antara aktiva lancar dan utang lancar untuk membiayai kegiatan usaha (working capital).
Jumingan dalam buku Analisis Laporan Keuangan mendefinisikan working capital sebagai jumlah aktiva lancar atau harta pada neraca perusahaan. Sementara, konsep modal bersih merujuk pada pengurangan harta lancar atau aset dengan utang atau pasiva lancar. Dari sini dapat diketahui berapa besar modal bersih dan modal kotor sebuah bisnis.
Modal kerja perusahaan terdiri dari aset lancar dikurangi kewajiban lancar. Yang termasuk aset lancar biasanya terdiri dari kas, investasi jangka pendek, piutang dagang, dan persediaan. Sedangkan kewajiban lancar biasanya terdiri dari pinjaman jangka pendek, utang usaha, utang pajak, biaya yang masih harus dibayar, bagian utang jangka panjang yang jatuh tempo, serta utang lain-lain.
Modal kerja dan modal uaha mempunyai perbedaan dalam segi fungsi. Modal kerja diperuntukan untuk operasional sedangkan modal usaha digunakan untuk mencari keuntungan.
Manfaat dari Modal Kerja
Modal kerja mampu membiayai pengeluaran atau operasi perusahaan sehari-hari. Dengan modal kerja yang cukup akan membuat perusahaan beroperasi secara ekonomis dan efesien serta tidak mengalami kesulitan keuangan.
Manfaat modal kerja, menurut Munawir dalam buku Analisis Laporan Keuangan, yaitu:
- Untuk melindungi perusahaan terhadap krisis modal kerja karena turunnya nilai dari aktiva lancar.
- Untuk dapat membayar semua kewajiban-kewajiban tepat pada waktunya.
- Untuk memiliki persediaan dalam jumlah yang cukup dalam melayani para konsumen.
- Untuk memberikan syarat kredit yang lebih menguntungkan kepada para langgananya
- Untuk dapat beroperasi dengan lebih efesien karena tidak ada kesulitan untuk memperoleh barang ataupun jasa yang dibutuhkan.
Fungsi Modal Kerja
Penggunaan modal kerja dapat berfungsi sebagai berikut ini:
- Pengeluaran untuk gaji, upah, dan biaya operasi lainnya yang digunakan untuk menunjang penjualan.
- Pengeluaran untuk membeli bahan baku yang akan digunakan untuk proses produksi atau barang dagangan untuk dijual kembali.
- Menutupi penjualan surat berharga yang merugi. Hal ini akan mengurangi modal kerja dan harus segera ditutupi.
- Pembentukan dana sebagai pemisahan aset lancar untuk tujuan tertentu dalam jangka panjang, misalnya pembentukan dana pensiunan, dana ekspansi, atau dana pelunasaan obligasi. Dana ini akan mengubah bentuk aset dari aset lancar menjadi aset tetap.
- Pembelian aset tetap (tanah, bangunan, kendaraan, dan mesin) yang akan mengakibatkan berkurangnya aset lancar dan memungkinkan timbulnya utang lancar bila dibeli tidak secara tunai.
Cara Menghitung Modal Kerja
Cara menghitung modal merupakan hal penting ketika merintis usaha. Perhitungan modal kerja dapat memetakan seberapa banyak barang yang harus diproduksi, strategi pemasaran terbaik, dan menentukan harga jual produk maupun jasa.
Kebutuhan modal kerja dapat diketahui melalui analisis siklus kewajiban, siklus produksi, dan siklus piutang.
Siklus Kewajiban
Kewajiban mengacu pada seluruh pengeluaran yang tetap harus dikeluarkan berapa pun jumlah produksi dan jumlah barang yang terjual. Pengusaha perlu mengetahui saat jatuh tempo dan besarnya dana untuk setiap kewajiban, antara lain biaya tenaga kerja, biaya sewa kantor/toko, pembayaran listrik, air, telepon, serta pembayaran tagihan kredit dan cicilan lainnya.
Siklus Produksi
Siklus produksi ini mengacu pada seluruh kegiatan yang mendukung produksi, mulai dari membeli bahan baku dan persediaan lain, memproses pembuatan barang/jasa sampai siap dikirimkan ke tangan konsumen. Peyediaan bahan baku dan persediaan lain memerlukan sejumlah dana untuk belanja dan produksi, sehingga modal kerja harus memenuhi kebutuhan tersebut.
Siklus Piutang
Penjualan tak selamanya menjadi pemasukan secara langsung. Beberapa perusahaan menerapkan penjualan dengan sistem piutang atau pembayaran dengan termin untuk konsumen. Untuk itu, pengusaha harus melakukan estimasi penjadwalan pembayaran, besar pembayaran, dan estimasi keterlambatan.
Contoh Modal Kerja
Berikut adalah contoh modal kerja dilansir oleh laman ukmindonesia:
Perusahaan yang memproduksi travel bag “Go-Go” merencanakan untuk memproduksi dan menjual travel bag sebanyak 72.000 unit per tahun. Sehingga dibutuhkan produksi 200 unit per hari (asumsi 30 hari kerja per bulan).
Diketahui informasi sebagai berikut:
- Setiap unit travel bag membutuhkan 2 kg bahan baku kulit.
- Harga beli baku kulit per kg adalah Rp 12.000. Pembelian bahan baku selalu dilakukan secara tunai.
- Setelah dibeli sambil menunggu proses produksi, bahan baku di simpan di gudang selama 10 hari.
- Proses produksi membutuhkan waktu selama 5 hari.
- Penjualan travel bag dilakukan secara kredit dan baru dapat ditagih setelah 30 hari.
- Upah tenaga kerja langsung Rp 10.000 per unit.
- Biaya pemasaran dan administrasi sebesar Rp 6.000.000 per bulan.
- Dari data di atas, hitunglah besarnya kebutuhan modal kerja perusahaan tersebut.
- Perputaran Bahan Baku:
- Penyimpanan Bahan Baku = 10 hari
- Proses Produksi = 5 hari
- Penagihan Piutang = 30 hari
- Total = 45 hari
Perputaran Upah Langsung:
Proses Produksi = 5 hari
Penagihan Piutang = 30 hari
Total = 35 hari
Pengeluaran Kas per Hari:
Bahan Baku = 200 x 2 kg x Rp 12.000= Rp 4.800.000
Upah Langsung = 200x Rp 10.000= Rp 2.000.000
Biaya Administrasi dan Pemasaran = 6.000.000/30= Rp200.000
Kebutuhan Modal Kerja per Siklus:
Bahan Baku = 45 hari x Rp 4.800.000= Rp 216.000.000
Upah Langsung = 35 hari x Rp 2.000.000= Rp70.000.000
Biaya Administrasi dan Pemasaran= 35 hari x Rp 200.0000= Rp7.000.000
Total= Rp 293.000.000
Dari perhitungan ini, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa perusahaan tersebut harus menyediakan minimal Rp 293.000.000 dalam satu siklus bisnis (sekitar 45 hari).
Cara menghitung modal kerja memang bisa dibilang tidak mudah, karena harus detail dan akurat agar tidak menyebabkan kerugian/masalah. Inilah salah satu alasan mengapa pemilik bisnis seringkali menyerahkan perhitungan ini kepada pihak ketiga yang ahli.